MAKNA ORNAMEN DALAM GUNUNGAN (WAYANG JAWA)
Gunungan Melambangkan Pusat Seluruh Kehidupan, Lambang
Ketuhanan
Gunungan dalam wayang biasa juga disebut kayon, yaitu
salah satu unsur yang mendukung pergelaran wayang. Dalam gunungan terdapat
ornamen yang sangat unik dan makna yang dalam. Disebut gunungan karena
berbentuk segitiga, seperti gunung. Disebut kayon, semula berasal dari bahasa
arab “chayu” yang berarti hidup.
Gunungan atau kayon merupakan pusat perkerilan yang
diartikan sebagai lambang bahwa pada awal mulanya sebelum ada kelahiran,
pertama kali yang ada adalah kayu (hidup), yang dimaksudkan sebelum Bapak Adam
lahir ke bumi yang ada hanyalah pohon dan binatang – binatang buas.
Gunungan berbentuk kerucut (lancip),
disini melambangkan kehidupan manusia, semakin tinggi ilmu kita dan bertambah
usia, kita harus semakin mengerucut (golong gilig) manunggaling
Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa dan Karya dalam kehidupan kita. Singkatnya,
hidup manusia ini untuk menuju yang di atas (Tuhan).
Hutan (pohon) dan binatang, lambang
dari berbagai sifat dan tabiat manusia. Pohon
yang tumbuh menjalar keseluruh badan dan ke puncak Gunungan melambangkan segala
budi-daya dan perilaku manusia harus tumbuh dan bergerak maju (dinamis)
sehingga bisa bermanfaat serta mewarnai dunia dan alam semesta (Urip iku obah,
Obaho sing ngarah-arah). Pohon itu juga melambangkan bahwa Tuhan telah memberi
pengayoman dan perlindungan bagi manusia yang hidup di dunia ini.
Dalam ornamen gunungan
di dalamnya terdapat berbagai lukisan sebagai berikut :
- Rumah Joglo dengan pintu tertutup
- Ular atau naga
- Rusa
- Ayam di atas pohon / ayam alas
- Kera / monyet
- Banteng
- Harimau
- Burung
- Kepala raksasa
- Dua raksasa bermulut lebar dan bersayap garuda
- Bejana berbentuk bunga padma
Dalam gunungan
itu memiliki makna yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Makna dari
masing – masing lukisan adalah sebagai berikut :
Pintu gerbang melambangkan jalan masuk ke dalam alam gelap, yang merupakan batas antara
alam terang (dunia fana) dengan alam gelap (alam baka / akherat) yang sering
disebut juga kerajaan maut.
Di alam baka segala sesuatunya diterima sebagai hal yang
bernilai tinggi akan kemanfaatannya. Semua yang ada di sekitarnya dalam keadaan
sangat subur dan makmur. Segala kehidupan di alam baka semua diliputi rasa
tenang dan tentram.
Makna tersebut dapat dilihat juga dalam cerita Dewa Ruci,
yaitu sewaktu Bima masuk di dalam tubuh Dewi Ruci. Dilukiskan bahwa waktu Bima
berada di dalam tubuh Dewa Ruci, seperti memasuki alam gelap, semua perasaan
tertutup tiada merasakan sesuatu. Dalam suasana demikian itu, seolah – olah
berada dalam kerajaan maut.
Dalam keadaan gelap tersebut kemudian nampak bercahaya,
tetapi tanpa penyinaran, sehingga banyak jalan menuju ke segala arah tanpa ada
ujung pangkalnya. Hal yang demikian menggambarkan adanya petunjuk dari Sang
Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Petunjuk / jalan yang diberikan oleh Tuhan
tersebut juga tidak jelas mana yang benar dan mana yang salah.
Dua
penjaga (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto) lambang hati manusia ada
dua hal yaitu baik dan buruk. Tameng dan godho yang mereka pegang dapat di
intrepertasikan sebagai penjaga alam gelap dan terang.
Ular atau naga diartikan sebagai lambang sejatining urip, menggambarkan betapa sulitnya
jalan berliku – liku yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
Rusa yang
berekor yang sering disebut komodo adalah binatang aneh yang diartikan sebagai
lambang kemauan hidup yang bermacam – macam tanpa mempertimbangkan segi untung
ruginya, hanya memburu kesenangan.
Ayam di
atas pohon melambangkan suatu tantangan hidup yang akan datang. Waktu fajar
menyingsing selalu ditandai ayam berkokok. Suatu pertanda di hari esok penuh
dengan tantangan kehidupan.
Kera / monyet melambangkan ketangkasan dalam kehidupan yang belum tentu menjamin
terkabulnya suatu keinginan dan merupakan binatang yang dapat menampilkan
keuletan dalam menempuh kehidupan. Kera
juga melambangkan mausia harus mampu
memilih dan memilah antara baik-buruk, manis-pahit seperti halnya kera pintar
memilih buah yang baik, matang dan manis, sehingga diharapkan kita bertindak
yang baik dan tepat (bener tur pener).
Banteng melambangkan
watak atau pendirian yang jujur, kuat, tidak / pantang menyerah demi tujuan
yang suci. Manusia harus kuat, lincah, ulet dan
tanguh layaknya seekor banteng.
Harimau adalah
suatu lambang keindahan yang disertai gengsi atau kewibawaan dan juga tangguh
dalam menghadapi lawannya. Harimau juga melambangkan manusia harus menjadi
Pemimpin bagi dirinya sendiri (punya jati diri) sehingga harus mampu bertindak
bijaksana dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menuju yang
lebih baik dan maju, sehingga bisa bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain
dan alam semesta. Karena bila manusia tidak mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan
tidak mampu mengendalikan diri sendiri akan berakibat fatal dan semua akan
hancur musnah seperti halnya Gunungan wayang bila dibalik akan menjadi berwarna
merah menyala (terbakar).
Burung melambangkan
suatu kesenangan dan lambang ketentuan. Suara burung di fajar menyingsing
merupakan pertanda ketentuan di hari esok.
Burung juga melambangkan
manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi indah dalam spiritual
maupun material.
Kepala raksasa melambangkan kewaspadaan dalam menempuh jalan menuju kesempurnaan hidup.
Dalam pewayangan tokoh ini ditampilkan sebagai penguasa hutan rimba. Dia adalah
Batara Kala, dewa yang berkuasa atas keadaan sakit dan mati. Hutan rimba adalah
tempat menempa tokoh ksatria dalam mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Gambar kepala raksasa juga melambangkan manusia dalam kehidupan
sehari-hari sering mempunyai
sifat rakus, jahat seperti setan.
Dua raksasa bermulut lebar dan
bersayap garuda yang disebut bledegan,
adalah lambang penguasa empat nafsu, yaitu mutmainah, supiah, aluamah, dan
amarah.
Bejana berbentuk bunga padma yang terletak di pucuk pohon, berisikan air suci. Air
suci adalah air kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Bagi yang
memperoleh air tersebut dapat menyucikan hidupnya dan akan sempurnalah
hidupnya.
Dari uraian makna yang ada maka jelas bahwa lukisan yang
ada pada gunungan mengandung makna filosofis dan mistik. Gunungan melambangkan
pusat seluruh kehidupan, yang berarti lambang Ketuhanan (Tuhan YME). Sedangkan
kayon adalah lambang permulaan hidup yang menjelma di dalam dan di atas
kerajaan maut. Dari uraian yang ada, maka gunungan memiliki banyak fungsi
tergantung ceritera yang akan dipagelarkan.
No comments:
Post a Comment