Monday, November 12, 2018

Gunungan Wayang Jawa



MAKNA ORNAMEN DALAM GUNUNGAN (WAYANG JAWA)

Gunungan Melambangkan Pusat Seluruh Kehidupan, Lambang Ketuhanan


Gunungan dalam wayang biasa juga disebut kayon, yaitu salah satu unsur yang mendukung pergelaran wayang. Dalam gunungan terdapat ornamen yang sangat unik dan makna yang dalam. Disebut gunungan karena berbentuk segitiga, seperti gunung. Disebut kayon, semula berasal dari bahasa arab “chayu” yang berarti hidup.

Gunungan atau kayon merupakan pusat perkerilan yang diartikan sebagai lambang bahwa pada awal mulanya sebelum ada kelahiran, pertama kali yang ada adalah kayu (hidup), yang dimaksudkan sebelum Bapak Adam lahir ke bumi yang ada hanyalah pohon dan binatang – binatang buas.

Gunungan berbentuk kerucut (lancip), disini melambangkan kehidupan manusia, semakin tinggi ilmu kita dan bertambah usia, kita harus semakin mengerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa dan Karya dalam kehidupan kita. Singkatnya, hidup manusia ini untuk menuju yang di atas (Tuhan).

Hutan (pohon) dan binatang, lambang dari berbagai sifat dan tabiat manusia. Pohon yang tumbuh menjalar keseluruh badan dan ke puncak Gunungan melambangkan segala budi-daya dan perilaku manusia harus tumbuh dan bergerak maju (dinamis) sehingga bisa bermanfaat serta mewarnai dunia dan alam semesta (Urip iku obah, Obaho sing ngarah-arah). Pohon itu juga melambangkan bahwa Tuhan telah memberi pengayoman dan perlindungan bagi manusia yang hidup di dunia ini.

Dalam ornamen gunungan di dalamnya terdapat berbagai lukisan sebagai berikut :

  1. Rumah Joglo dengan pintu tertutup
  2. Ular atau naga
  3. Rusa
  4. Ayam di atas pohon / ayam alas
  5. Kera / monyet
  6. Banteng
  7. Harimau
  8. Burung
  9. Kepala raksasa
  10. Dua raksasa bermulut lebar dan bersayap garuda
  11. Bejana berbentuk bunga padma


Dalam gunungan itu memiliki makna yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Makna dari masing – masing lukisan adalah sebagai berikut :

Pintu gerbang melambangkan jalan masuk ke dalam alam gelap, yang merupakan batas antara alam terang (dunia fana) dengan alam gelap (alam baka / akherat) yang sering disebut juga kerajaan maut.


Di alam baka segala sesuatunya diterima sebagai hal yang bernilai tinggi akan kemanfaatannya. Semua yang ada di sekitarnya dalam keadaan sangat subur dan makmur. Segala kehidupan di alam baka semua diliputi rasa tenang dan tentram.

Makna tersebut dapat dilihat juga dalam cerita Dewa Ruci, yaitu sewaktu Bima masuk di dalam tubuh Dewi Ruci. Dilukiskan bahwa waktu Bima berada di dalam tubuh Dewa Ruci, seperti memasuki alam gelap, semua perasaan tertutup tiada merasakan sesuatu. Dalam suasana demikian itu, seolah – olah berada dalam kerajaan maut. 

Dalam keadaan gelap tersebut kemudian nampak bercahaya, tetapi tanpa penyinaran, sehingga banyak jalan menuju ke segala arah tanpa ada ujung pangkalnya. Hal yang demikian menggambarkan adanya petunjuk dari Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Petunjuk / jalan yang diberikan oleh Tuhan tersebut juga tidak jelas mana yang benar dan mana yang salah.

Dua penjaga (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto) lambang hati manusia ada dua hal yaitu baik dan buruk. Tameng dan godho yang mereka pegang dapat di intrepertasikan sebagai penjaga alam gelap dan terang.

Ular atau naga diartikan sebagai lambang sejatining urip, menggambarkan betapa sulitnya jalan berliku – liku yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

Rusa yang berekor yang sering disebut komodo adalah binatang aneh yang diartikan sebagai lambang kemauan hidup yang bermacam – macam tanpa mempertimbangkan segi untung ruginya, hanya memburu kesenangan.

Ayam di atas pohon melambangkan suatu tantangan hidup yang akan datang. Waktu fajar menyingsing selalu ditandai ayam berkokok. Suatu pertanda di hari esok penuh dengan tantangan kehidupan.

Kera / monyet melambangkan ketangkasan dalam kehidupan yang belum tentu menjamin terkabulnya suatu keinginan dan merupakan binatang yang dapat menampilkan keuletan dalam menempuh kehidupan. Kera juga melambangkan mausia harus mampu memilih dan memilah antara baik-buruk, manis-pahit seperti halnya kera pintar memilih buah yang baik, matang dan manis, sehingga diharapkan kita bertindak yang baik dan tepat (bener tur pener).

Banteng melambangkan watak atau pendirian yang jujur, kuat, tidak / pantang menyerah demi tujuan yang suci. Manusia harus kuat, lincah, ulet dan tanguh layaknya seekor banteng.

Harimau adalah suatu lambang keindahan yang disertai gengsi atau kewibawaan dan juga tangguh dalam menghadapi lawannya. Harimau juga melambangkan manusia harus menjadi Pemimpin bagi dirinya sendiri (punya jati diri) sehingga harus mampu bertindak bijaksana dan mampu mengendalikan nafsu serta hati nurani untuk menuju yang lebih baik dan maju, sehingga bisa bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain dan alam semesta. Karena bila manusia tidak mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan tidak mampu mengendalikan diri sendiri akan berakibat fatal dan semua akan hancur musnah seperti halnya Gunungan wayang bila dibalik akan menjadi berwarna merah menyala (terbakar).

Burung melambangkan suatu kesenangan dan lambang ketentuan. Suara burung di fajar menyingsing merupakan pertanda ketentuan di hari esok. Burung juga melambangkan manusia harus membuat dunia dan alam semesta menjadi indah dalam spiritual maupun material.

Kepala raksasa melambangkan kewaspadaan dalam menempuh jalan menuju kesempurnaan hidup. Dalam pewayangan tokoh ini ditampilkan sebagai penguasa hutan rimba. Dia adalah Batara Kala, dewa yang berkuasa atas keadaan sakit dan mati. Hutan rimba adalah tempat menempa tokoh ksatria dalam mencapai tingkat kesempurnaan hidup. Gambar kepala raksasa juga melambangkan manusia dalam kehidupan sehari-hari sering mempunyai sifat rakus, jahat seperti setan.

Dua raksasa bermulut lebar dan bersayap garuda yang disebut bledegan, adalah lambang penguasa empat nafsu, yaitu mutmainah, supiah, aluamah, dan amarah.

Bejana berbentuk bunga padma yang terletak di pucuk pohon, berisikan air suci. Air suci adalah air kehidupan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Bagi yang memperoleh air tersebut dapat menyucikan hidupnya dan akan sempurnalah hidupnya.


Dari uraian makna yang ada maka jelas bahwa lukisan yang ada pada gunungan mengandung makna filosofis dan mistik. Gunungan melambangkan pusat seluruh kehidupan, yang berarti lambang Ketuhanan (Tuhan YME). Sedangkan kayon adalah lambang permulaan hidup yang menjelma di dalam dan di atas kerajaan maut. Dari uraian yang ada, maka gunungan memiliki banyak fungsi tergantung ceritera yang akan dipagelarkan.


No comments:

Post a Comment

Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...