Friday, December 6, 2019

Hakikat dan Ruang Lingkup Sejarah



A. PENGERTIAN SEJARAH
1. Secara Etimologi
Kata sejarah secara harfiah berasal dari kata Arab “syajaratun” yang artinya pohon. Sebuah pohon terdiri dari akar, dahan, ranting dan daun sehingga sejarah diartikan sebagai asal usul, riwayat dan silsilah yang menyerupai sebuah pohon.

Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh yaitu ilmu yang mempelajari kisah masa lalu. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Dalam masyarakat awam, sejarah sering diidentikan dengan nama tokoh, candi, tanggal, tahun dan tempat terjadinya peristiwa.
Dalam istilah bahasa-bahasa di Eropa, ada beberapa variasi asal-usul kata sejarah, yaitu :
Bahasa Inggris         : “History”
Bahasa Perancis     : “Histoire”
Bahasa Italia             : “Storia”
semuanya berasal dari bahasa Yunani yaitu “Historia” yang artinya orang pandai.
Bahasa Belanda      : “Geschiedenis” (terjadi)
Bahasa Jerman        : “Geschichate” (sesuatu yang terjadi)

Di Indonesia ada beberapa kata yang artinya cukup mirip dengan kata sejarah, seperti “babad” (bahasa Jawa), dan “tambo” (Minangkabau) yang diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Dalam khazanah bahasa Indonesia, kata sejarah setidaknya memliki tiga arti :
·           Sejarah adalah silsilah atau asal-usul
·      Sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau
·      Sejarah adalah ilmu, pengetahuan, dan cerita perjalanan tentang kejadian di masa lampau

Dengan demikian sejarah dapat diartikan sebagai kejadian di masa lampau dari kehidupan manusia. Akan tetapi tidak semua kejadian masa lampau dapat masuk kedalam ruang lingkup sejarah. Kejadian yang masuk kedalam sejarah adalah kejadian-kejadian penting yang mempunyai pengaruh besar pada masanya dan masa-masa berikutnya.

Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari segala kejadian atau peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia beserta seluruh aspek kehidupannya.

2. Menurut Pendapat Para Ahli
a.  Herodotus, Sejarah adalah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat, dan peradaban. Herodotus, seorang ahli sejarah dari Yunani disebut sebagai Bapak Sejarah Dunia atau “The Father of History”, karena dia adalah sejarawan pertama yang diketahui telah mengumpulkan bahan-bahannya secara sistematis, menguji akurasinya sampai batas tertentu, dan menyusunnya dalam bentuk narasi yang terstruktur secara jelas.

b.  Aristoteles, (ada dua pengertian) Sejarah adalah : 1) satu sistem yang meneliti satu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. 2) peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod, atau bukti-bukti yang konkret.

c.   Ibnu Khaldun, Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu

d.  Patrick Gardiner, Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.

e.  R. G. Collingwood, Sejarah adalah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.

f.      J.V. Bryce, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.

g.  Muhammad Yamin, Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.

h.  W.J.S. Poerwodarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Sejarah memiliki 3 pengertian, yaitu : 1) Kesusasteraan lama, silsilah, dan asal-usul; 2) Kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau; 3) Ilmu pengetahuan, pelajaran tentang peristiwa yang benar-benar terjadi.

i.      Sartono Kartodirjo, Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau.

j.      Nugroho Notosusanto, Sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makhluk bermasyarakat yang terjadi di masa lampau.

k.   Raden Moh. Ali, Dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia sejarah memiliki tiga arti : 1) ilmu yang menyelidiki perkembangan peristiwa dan kejadian-kejadian di masa lampau; 2) kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan manusia, yakni menyangkut perubahan yang nyata di dalam kehidupan manusia; 3) cerita yang tersusun secara sistematis (teratur dan rapi).

3. Ciri, Konsep Waktu, Unsur, dan Karakteristik Sejarah
Mempelajari sejarah berarti membiasakan diri untuk berpikir secara historis dan kritis. Cara berpikir sejarah berbeda dengan cara berpikir ilmu pengetahuan alam yang saintis. Berpikir secara historis tentu akan terus berhubungan dengan masa lampau, sedangkan dalam berpikir saintis tidak dituntut harus menengok masa lalu.

Adapun ciri-ciri sejarah adalah abadi, unik dan penting. Penjelasannya sebagai berikut :
a.  Peristiwa yang abadi
Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa dalam kehidupan manusia. Misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

b.  Peristiwa yang unik
Peristiwa sejarah itu unik, hanya terjadi satu kali dan tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Misalnya peristiwa reformasi 1998 dimana ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR-MPR dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.

c.  Peristiwa yang penting
Peristiwa sejarah itu penting karena dapat dijadikan sebagai momentum atau peringatan dan mempunyai arti dalam menentukan nasib hidup orang banyak. Misalnya peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang berlangsung singkat namun membawa pengaruh besar terhadap persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Konsep Waktu dalam Sejarah adalah :
a.  Masa lampau
Merupakan fakta yang kekal dan abadi, tidak pernah berubah, serta selalu dikenang dan dibuatkan catatan.
b.  Masa kini
Untuk dipahami setiap peristiwa sejarah dan bertujuan agar suatu peristiwa sejarah tidak terulang untuk kedua kalinya dalam peristiwa yang sama.
c.   Masa yang akan datang
Peristiwa sejarah dapat dijadikan pandangan atau pedoman hidup suatu bangsa agar lebih berguna, lebih berhati-hati, serta bijaksana dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Sejarah memiliki unsur-unsur, yaitu :
a.  Change (perubahan)
b.  Space (ruang/tempat)
c.   Human Activity (aktivitas manusia)
d.  Continiuty (berlanjut/terus menerus)

Karakteristik sejarah :
a.  Ditulis secara kronologis untuk menghindari kronisme/kerancuan.
b.  Mencakup 3 dimensi waktu, yaitu masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
c.   Merupakan sebab dan akibat.
d.  Kebenaran bersifat sementara sampai ditemukan bukti yang baru.

B. RUANG LINGKUP SEJARAH
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pda masa lampau. Oleh karena itu, sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sejarah dapat dilihat sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni. Penjelasannya sebagai berikut :

1.  Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah sebagai peristiwa yaitu fakta-fakta kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Suatu peristiwa dianggap sebagai sejarah jika dapat dikaitkan dengan peristiwa yang laian sebagai bagian dari proses atau dinamika dalam suatu konteks sejarah. Intinya, tidak semua peristiwa di masa lampau merupakan sejarah.
Berikut merupakan syarat atau ciri sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah :
a.  Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
b.  Memperhatikan dimensi ruang dan waktu (kapan dan waktu).
c.   Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain.
d.  Ada hubungan sebab-akibat (baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar).
e.  Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.

Contoh sejarah sebagai peristiwa misalnya Perlawanan Diponegoro (1825-1830), Perlawanan Aceh (1871-1904), dan Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak akan terulang lagi. Sesuai dengan pernyataan Geschiste ist einmalig (sejarah terjadi hanya sekali). Raden Moh. Ali menyatakan bahwa sejarah sebagai peristiwa adalah kejadian, kenyataan, katualitas, sejarah in concreto yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu atau masa yang lampau.

2.  Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah yaitu peristiwa yang sudah terjadi lalu diungkap kembali, atau dengan kata lain sejarah sebagai hasil penelitian oleh para ahli sejarah. Peristiwa yang dimaksud tentunya merupakan peristiwa penting yang menyangkut kehidupan manusia secara umum.

Sejarah sebagai kisah dapat dikisahkan atau ditulis lagi oleh siapa saja dan kapan saja, yakni berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap peristiwa yang terjadi pada masa lampau (sejarah serba subjek). Oleh karena itu dalam sejarah sebagai kisah, subjektivitas akan muncul.

Subjektivitas dalam sejarah kisah akan tampak ketika ada dua orang menuturkan peristiwa sejarah yang sama. Perbedaan ini muncul karena si penutur cerita memberikan penafsiran terhadap peristiwa yang ia paparkan. Misalnya ketika kita mewawancarai orang-orang yang terlibat atau melihat peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang melibatkan TNI dan lascar secara besar-besaran ke Kota Yogyakarta.

Apabila yang kita wawancarai adalah seorang pejuang, mungkin dia menceritakan dalam perspektif dirinya sebagai seorang pejuang yang selalu membela kemerdekaan bangsanya. Akan tetapi, jika yang diwawancarai adalah seorang kusir delman yang tidak terlibat langsung, dia juga akan menceritakan dari perspektif dirinya bahwa peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Kota Yogyakarta bukan bagian dari usaha perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa.

Perbedaan perspektif atau sudut pandang juga dapat dijumpai dalam buku Biografi, yaitu buku yang bercerita tentang peristiwa penting yang dilihat atau dialami oleh tokoh tertentu. Misalnya tokoh yang mendukung peristiwa Reformasi 1998 menyatakan bahwa peristiwa tersebut adalah sesuatu yang positif dalam demikrasi Indonesia. Sebaliknya, bagi tokoh yang merasa dirugikan kedudukannya karena peristiwa tersebut, kemungkinan akan memberi penilaian yang negatif.

Buku-buku sejarah seperti buku paket, teks pelajaran, dan bacaan sejarah lainnya merupakan contoh bentuk sejarah sebagai kisah. Cerita-cerita sejarah yang ada dalam buku pelajaran sejarah tersebut merupakan kesan atau tafsiran dari si penulis buku. Sejarah sebagai kisah akan bersifat subjektif karena tergantung dari interpretasi atau penafsiran yang dilakukan oleh masing-masing penulis. Subjektifitas tersebut disebabkan oleh faktor yang bersumber dari si penutur sejarah.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas penulis dalam melihat sejarah sebagai kisah :
a.  Kepentingan yang Diperjuangkan
Faktor kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan kisah atau peristiwa sejarah. Contoh, seorang pencerita biasanya akan lebih menonjolkan perannya sendiri di dalam suatu peristiwa, misalnya seorang pejuang akan menceritakan kehebatannya dalam menghadapi penjajah.

b.  Kelompok Sosial di lingkungannya
Kelompok sosial yang dimaksud adalah lingkungan tempat bergaul, hubungannya dengan pekerjaan atau statusnya. Hal tersebut juga mempengaruhi subjektifitas. Contoh, seorang sejarawan akan menulis sejarah menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah, sedangkan seorang wartawan akan menulis sejarah dengan bahasa wartawan. 

c.  Perbendaharaan Pengetahuan
Pengetahuan dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan. Hal tersebut dapat terlihat dari kelengkapan kisah yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan interpretasinya atas peristiwa sejarah yang akan disampaikan.

d.  Kemampuan Bahasa
Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil rekonstruksi penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa si penutur kisah sejarah.

3.  Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah sebagai ilmu yaitu pengetahuan tentang masa lampau yang disusun secara sistematik. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang digunakan untuk meneliti dan menganalisis serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.

Sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi sehingga sejarah akan menjadi objektif. Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan metode. Bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga objektivitasnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.

Menurut Koentowijoyo, ciri/karakteristik sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut :
a.  Bersifat Empiris
Bersifat empiris sebab sejarah melakukan kajian pada peristiwa yang sungguh tterjadi pada masa lampau. Sejarah akan tergantung pada pengalaman dan aktivitas nyata manusia yang direkam dalam dokumen.

b.  Memiliki Objek
Objek sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu (masa lampau). Waktu dalam hal ini adalah waktu lampau sehingga asal mula ataupun latar belakang menjadi pembahasan utama dalam kajian sejarah. 

c.  Memiliki Teori
Teori merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok suatu ilmu dan diajarkan berdasarkan keperluan peradaban. 

d.  Memiliki Metode
Metode dalam ilmu sejarah diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah sehingga seorang sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan.

e.  Mempunyai Generalisasi
Studi dari suatu ilmu selalu ditarik suatu kesimpulan, yakni kesimpulan umum atau generalisasi. Dalam sejarah, generalisasi yang dimaksud adalah kesimpulan umun tentang hasil pengamatan dan pemahaman penulis tentang peristiwa sejarah yang diteliti/dikaji.


4.  Sejarah sebagai Seni
Sejarah dapat berfungsi sebagai seni yang mengedepankan nilai estetika. Dalam hal ini sejarah tidak lagi dipandang dari segi etika atau logika. Sejarah sebagai seni mengandung arti bahwa dalam penyajian dari hasil penyelidikan itu disusun dalam suatu rangka tertentu sehingga dapat menarik perhatian orang dan dapat mempengaruhi sikap jiwanya.

Ciri-ciri sejarah sebagai seni adalah sebagai berikut :
a.  Intuisi
Intuisi adalah kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan ataupun dipelajari. Dalam penelitiannya, seorang sejarawan harus memiliki intuisi yang kuat sehingga dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang terjadi sesudahnya.

b.  Emosi
Emosi diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta. Dengan melibatkan emosi, penulis mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan sendiri peristiwa itu. 

c.  Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara khas untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa yang baik adalah yang dapat menggambarkan detail-detail  sejarah yang lugas dan tidak berbelit-belit.

d.  Imajinasi
Imajinasi merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman. Imajinasi diperlukan oleh sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi .


No comments:

Post a Comment

Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...