Saturday, August 3, 2019

Cara Masyarakat Praaksara Mewariskan Budaya





A.  Tradisi Lisan
Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, kisah sejarah disebarluaskan dan  diwariskan secara lisan sehingga menjadi bagian dari tradisi lisan mereka. Berikut ini merupakan pengertian tradisi lisan menurut para ahli :
a.  Koentowijoyo, tradisi lisan adalah sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat manusia.
b.  Edy Sedyawati, tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan ssecara lisan mengikuti tata cara atau adat istiadat yang telah terpola dalam suatu masyarakat.
c.   Jan Vansina, tradisi lisan adalah kesaksian yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.

Seringkali pengertian tradisi lisan dianggap sama dengan folklor, namun kedua unsur kebudayaan tersebut sebenarnya berbeda. Tradisi lisan hanya terbatas di dalam kebudayaan lisan dari masyarakat praaksara, sedangkan folklor mencakup tradisi lisan yang berkembang sejak zaman masyarakat praaksara sampai saat ini.

Dengan demikian, tradisi lisan merupakan salah satu unsur dari folklor lisan. Folklor lebih luas cakupannya dibandingkan tradisi lisan. Jenis tradisi lisan meliputi cerita, teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat. Jenis folklor mencakup semua jenis tradisi lisan, tari-tarian rakyat, dan arsitektur rakyat.

1.  Melalui Keluarga
Keluarga sebagai kesatuan kelompok terkecil dari masyarakat memiliki fungsi yang strategis dalam mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat dan mewariskan kebudayaannya. Melalui keluarga, tradisi lisan diwariskan dengan cara :
a.  Penuturan
Kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat dituturkan secara langsung kepada generasi penerusnya.
b.  Cerita dongeng
Dongeng diceritakan dengan menyisipkan pesan-pesan moral dan yang dapat diambil pelajaran, serta disisipkan berbagai tradisi yang ada bila memungkinkan.
c.   Latihan dan peniruan
Keahlian dan keterampilan masyarakat diwariskan dengan cara menirukan, latihan atau praktek langsung di lapangan.
d.  Kebiasaan
Adat/kebiasaan dalam keluarga diwariskan dengan mengajak anak mengikuti suatu acara tradisi atau kegiatan tertentu secara rutin.
e.  Hasil karya
Memperlihatkan sebuah hasil karya kepada anak juga merupakan salah satu cara dalam mewariskan suatu tradisi. Tujuannya agar anak dapat membuat karya yang serupa.

2.  Melalui Masyarakat
Masyarakat sebagai media sosialisasi kedua setelah keluarga juga dapat mewariskan tradisi kepada generasi muda. Setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam mewariskan masa lalunya. Melalui masyarakat, tradisi lisan diwariskan dengan cara :
a.  Adat istiadat
Sebuah adat istiadat dapat menjadi sarana mewariskan masa lalu kepada generasi penerus. Saat ini, seringnya masa lalu yang diwariskan tidak sama karena mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu tidak diambil semuanya, hanya yang dibutuhkan saja dan itu biasanya menjadi dasar yang terus dapat dikembangkan.

b.  Pertunjukan hiburan
Salah satu pertunjukan asli Indonesia adalah Wayang. Awalnya pertunjukan wayang adalah untuk mendatangkan roh nenek moyang, namun sekarang telah berubah menjadi suatu hiburan. Dalam pertunjukan wayang selalu disisipkan petuah atau petunjuk tentang suatu kehidupan masyarakat.

c.   Kepercayaan masyarakat
Pada umumnya, kepercayaan masyarakat masa praaksara berbentuk Animisme, Dinamisme, dan Monotheisme. Melalui kepercayaan, sebuah tradisi dapat diwariskan sekaligus ketika manusia sedang melakukan ritual kepercayaan.

3.  Upacara Adat
Upacara adat adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu, baik aturan adat istiadat, agama, maupun kepercayaan. Adapun fungsi dari upacara adat yaitu :
a.  Ungkapan rasa terima kasih kepada kekuatan-kekuatan dalam sekitar yang dianggap sebagai ikon perlindungan dan kesejahteraan
b.  Untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan gaib yang dipercaya dapat terwujud berbagai malapetaka dan bencana alam

Upacara adat yang ada dalam masyarakat Indonesia biasanya berhubungan dengan upacara kematian/penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, memulai perburuan, dan pengukuhan kepala suku. Contoh lain dari upacara adat antara lain :
a.  Wayang
Fungsi dan peran wayang tidaklah tetap dan tergantung pada kebutuhan manusia. Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara pemujaan arwah nenek moyang. Di tempat tertentu, pertunjukan wayang menjadi bagian dari rangkaian acara bersih desa.

b.  Upacara Labuhan
Labuhan adalah upacara mengirimkan barang-barang ataupun sesaji ke tempat yang dianggap keramat, dengan maksud menolak bala untuk keselamatan masyarakat. Sebagai contoh, Labuhan dari Keraton Yogyakarta dilaksanakan di empat tempat yaitu di Parang Kusumo, Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Dlepih.

c.   Gerebeg dan Sekaten
Gerebeg berarti Hari Besar. Sejak masa pemerintahan Sultan Agung dikenal adanya  tiga macam Gerebeg, yaitu sebagai berikut :
1)  Gerebeg Pasa, hari raya setelah selesai berpuasa, yakni Idul Fitri,
2)  Gerebeg Besar, hari raya untuk ber-Qurban, yakni Idul Adha,
3)  Gerebeg Maulud, perayaan hari raya maulid Nabi Muhammad SAW, yang sekarang menjadi hari peringatan ”Sekaten”.

Perayaan Sekaten pada zaman Majapahit bermakna sebagai penghibur Sesak Hati (Sesak-Hatian = Sekaten), pada zaman para wali diubah menjadi menjadi Syahadatain. Upacara ini kemudian dirayakan lebih meriah pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja terbesar Mataram. Sampai sekarang, sekaten tetap dilakukan setiap tahun di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.

d.  Upacara Penguburan
Setiap daerah di Indonesia memiliki upacara penguburan yang berbeda, sesuai dengan adat istiadat atau budaya dari masing-masing suku. Contohnya yaitu upacara pembakaran mayat di Bali disebut Ngaben, sedangkan upacara pembakaran mayat di Kalimantan Tengah disebut Tiwah.

e.  Upacara Perkawinan
Pada dasarnya adat perkawinan suku di Indonesia bertolak dari anggapan masyarakat bahwa perkawinan adalah sesuatu yang luhur, bukan sekedar ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, tetapi merupakan proses menyatukan dua keluarga. Seperti halnya pada upacara penguburan, upacara perkawinan juga berragam, sesuai dengan adat istiadat atau budaya dari masing-masing suku.

B. Budaya Asli Indonesia
Dalam mempelajari kebudayaan, kita mengenal adanya tujuh unsur kebudayaan universal yang meliputi :
a.  Sistem Mata Pencaharian Hidup (ekonomi)
b.  Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup (teknologi)
c.   Sistem Kemasyarakatan
d.  Bahasa
e.  Kesenian
f.      Sistem Pengetahuan
g.  Sistem Religi

Menurut Koentjaraningrat setiap unsur kebudayaan  universal  tersebut  mempunyai tiga wujud, yaitu:
a.  wujud  sistem  budaya,  berupa  gagasan, kepercayaan, nilai-nilai, norma, ilmu pengetahuan, dan sebagainya;
b.  wujud sistem sosial, berupa tindakan sosial, perilaku yang berpola seperti upacara,  kebiasaan, tata cara dan sebagainya;
c.   wujud kebudayaan fisik.

Dr. Brandes, seorang ahli purbakala, yang mengemukakan bahwa sebelum kedatangan pengaruh Hindu-Budha, telah terdapat 10 (sepuluh) unsur pokok dalam kehidupan asli masyarakat Indonesia, yaitu :
a.  Mengenal Astronomi (Ilmu perbintangan)
Masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan memanfaatkan teknologi angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan.
Petunjuk arah dalam pelayaran :
1)  Bintang Biduk Selatan & Bintang Pari    : Arah selatan
2)  Bintang Biduk Utara                                    : Arah utara
Petunjuk dalam Pertanian :
Bintang Waluku            : Awal musim hujan
b.  Kepandaian bersawah
Sejak zaman Neolitikum bangsa Indonesia telah bertempat tinggal tetap. Kehidupan demikian mendorong mereka untuk hidup sebagai food producing. Pertanian yang awalnya dilakukan dengan sistem ladang, kemudian menggunakan sistem sawah. Untuk itu tata pengaturan air (irigasi) sudah dilakukan dengan membuat saluran atau bendungan.

c.   Pengaturan masyarakat
Dari desa-desa kuno di Indonesia dapat diketahui bahwa salah satu aturan yang dikenal adalah adanya kehidupan yang demokratis, berkelompok, dan gotong royong. Cara pemilihan pemimpin yaitu : primus inter pares. Maksudnya, yang menjadi pemimpin adalah orang yang dianggap dapat melindungi masyarakat dari berbagai gangguan, termasuk gangguan roh sehingga seorang pemimpin dianggap memiliki kesaktian lebih.

d.  Sistem Mocopat
Kepercayaan yang didasarkan pada pembagian 4 penjuru arah mata angin, yaitu utara, selatan, barat, dan timur. Sistem mocopat dikaitkan dengan pendirian beberapa bangunan inti yaitu; pusat kota/istana di sebelah selatan, tempat ibadah di sebelah barat, pasar di sebelah utara, penjara di sebelah timur, dan alun-alun di tengah-tengahnya.

e.  Kesenian Wayang
Wayang dimainkan seorang Dalang. Awalnya merupakan suatu ritual pemujaan yang menceritakan kisah nenek moyang. Kedatangan Hindhu ke nusantara menyebabkan kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan Mahabharata. Fungsinya pun beralih sebagai pertunjukan, bukan lagi pemujaan.

f.      Seni Gamelan
Gamelan merupakan seperangkat alat musik tradisional yang dipakai untuk mengiringi pertunjukkan wayang. Beberapa alat gamelan adalah gong, bonang, gambang, rebab, saron dan gendang.

g.  Seni Membatik
Membatik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain. Cara menggambarnya menggunakan alat canting yang diisi bahan cairan lilin (orang Jawa menyebutnya malam) yang telah dipanaskan, lalu dilukiskan pada kain sesuai motifnya. Membatik termasuk kegiatan religius, yaitu untuk menghormati nenek moyang.

h.  Kemampuan berlayar
Pembawa kebudayaan Neolitikum masuk ke Indonesia ialah ras bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan perahu bercadik. Kemampuan berlayar disertai dengan pengetahuan astronomi, yakni pengetahuan tentang perbintangan. Satu ciri perahu bangsa Indonesia adalah penggunaan cadik, yaitu alat dari bambu dan kayu yang dipasang di kanan kiri perahu agar tidak mudah oleng.

i.      Aktivitas perdagangan
Barang-barang kehidupan yang dibuat di rumah atau hasil panen mereka banyak, tetapi ada beberapa kebutuhan yang tidak dapat mereka penuhi atau mereka tanam; maka mereka tukar menukar barang (barter). Dengan demikian terjadilah perdagangan.

j.      Seni Logam
Masyarakat Indonesia telah lama mengetahui cara membuat peralatan dari logam. Mereka menggunakan teknik a cire perdue dan teknik bivalve. Pada zaman logam, usaha kerajinan perundagian makin berkembang.



No comments:

Post a Comment

Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...