A. Tradisi Lisan
Pada masyarakat yang belum
mengenal tulisan, kisah sejarah disebarluaskan dan diwariskan secara lisan sehingga menjadi
bagian dari tradisi lisan mereka. Berikut ini merupakan pengertian tradisi lisan
menurut para ahli :
a. Koentowijoyo, tradisi lisan adalah sumber sejarah yang merekam masa
lampau masyarakat manusia.
b. Edy Sedyawati, tradisi lisan adalah segala wacana yang disampaikan
ssecara lisan mengikuti tata cara atau adat istiadat yang telah terpola dalam
suatu masyarakat.
c. Jan Vansina, tradisi lisan adalah kesaksian yang diwariskan secara
lisan dari generasi ke generasi.
Seringkali pengertian
tradisi lisan dianggap sama dengan folklor, namun kedua unsur kebudayaan
tersebut sebenarnya berbeda. Tradisi lisan hanya terbatas di dalam kebudayaan
lisan dari masyarakat praaksara, sedangkan folklor mencakup tradisi lisan yang
berkembang sejak zaman masyarakat praaksara sampai saat ini.
Dengan demikian, tradisi
lisan merupakan salah satu unsur dari folklor lisan. Folklor lebih luas
cakupannya dibandingkan tradisi lisan. Jenis tradisi lisan meliputi cerita,
teka-teki, peribahasa, dan nyanyian rakyat. Jenis folklor mencakup semua jenis
tradisi lisan, tari-tarian rakyat, dan arsitektur rakyat.
1. Melalui Keluarga
Keluarga sebagai kesatuan
kelompok terkecil dari masyarakat memiliki fungsi yang strategis dalam
mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat dan mewariskan kebudayaannya.
Melalui keluarga, tradisi lisan diwariskan dengan cara :
a. Penuturan
Kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki masyarakat dituturkan secara langsung kepada generasi penerusnya.
b. Cerita dongeng
Dongeng diceritakan dengan
menyisipkan pesan-pesan moral dan yang dapat diambil pelajaran, serta
disisipkan berbagai tradisi yang ada bila memungkinkan.
c. Latihan dan peniruan
Keahlian dan keterampilan
masyarakat diwariskan dengan cara menirukan, latihan atau praktek langsung di
lapangan.
d. Kebiasaan
Adat/kebiasaan dalam
keluarga diwariskan dengan mengajak anak mengikuti suatu acara tradisi atau
kegiatan tertentu secara rutin.
e. Hasil karya
Memperlihatkan sebuah hasil karya kepada anak juga
merupakan salah satu cara dalam mewariskan suatu tradisi. Tujuannya agar anak
dapat membuat karya yang serupa.
2. Melalui Masyarakat
Masyarakat sebagai media
sosialisasi kedua setelah keluarga juga dapat mewariskan tradisi kepada
generasi muda. Setiap masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam mewariskan
masa lalunya. Melalui masyarakat, tradisi lisan diwariskan dengan cara :
a. Adat istiadat
Sebuah adat istiadat dapat
menjadi sarana mewariskan masa lalu kepada generasi penerus. Saat ini,
seringnya masa lalu yang diwariskan tidak sama karena mengalami perubahan
sesuai perkembangan zaman. Masa lalu tidak diambil semuanya, hanya yang
dibutuhkan saja dan itu biasanya menjadi dasar yang terus dapat dikembangkan.
b. Pertunjukan hiburan
Salah satu pertunjukan asli
Indonesia adalah Wayang. Awalnya pertunjukan wayang adalah untuk mendatangkan
roh nenek moyang, namun sekarang telah berubah menjadi suatu hiburan. Dalam
pertunjukan wayang selalu disisipkan petuah atau petunjuk tentang suatu
kehidupan masyarakat.
c. Kepercayaan masyarakat
Pada umumnya, kepercayaan masyarakat masa praaksara
berbentuk Animisme, Dinamisme, dan Monotheisme. Melalui kepercayaan, sebuah
tradisi dapat diwariskan sekaligus ketika manusia sedang melakukan ritual
kepercayaan.
3. Upacara Adat
Upacara adat adalah rangkaian tindakan atau perbuatan
yang terikat pada aturan tertentu, baik aturan adat istiadat, agama, maupun
kepercayaan. Adapun fungsi dari upacara adat yaitu :
a. Ungkapan rasa terima kasih kepada kekuatan-kekuatan dalam
sekitar yang dianggap sebagai ikon perlindungan dan kesejahteraan
b. Untuk menghindarkan diri dari kemarahan kekuatan-kekuatan
gaib yang dipercaya dapat terwujud berbagai malapetaka dan bencana alam
Upacara adat yang ada dalam masyarakat Indonesia biasanya
berhubungan dengan upacara kematian/penguburan, mendirikan rumah, membuat
perahu, memulai perburuan, dan pengukuhan kepala suku. Contoh lain dari upacara
adat antara lain :
a. Wayang
Fungsi dan peran wayang tidaklah tetap dan tergantung
pada kebutuhan manusia. Pertunjukan wayang pada mulanya merupakan upacara
pemujaan arwah nenek moyang. Di tempat tertentu, pertunjukan wayang menjadi
bagian dari rangkaian acara bersih desa.
b. Upacara
Labuhan
Labuhan adalah upacara mengirimkan barang-barang ataupun
sesaji ke tempat yang dianggap keramat, dengan maksud menolak bala untuk
keselamatan masyarakat. Sebagai contoh, Labuhan dari Keraton Yogyakarta
dilaksanakan di empat tempat yaitu di Parang Kusumo, Gunung Lawu, Gunung
Merapi, dan Dlepih.
c. Gerebeg
dan Sekaten
Gerebeg berarti Hari Besar. Sejak masa pemerintahan
Sultan Agung dikenal adanya tiga macam
Gerebeg, yaitu sebagai berikut :
1) Gerebeg
Pasa, hari raya setelah selesai berpuasa, yakni Idul Fitri,
2) Gerebeg
Besar, hari raya untuk ber-Qurban, yakni Idul Adha,
3) Gerebeg
Maulud, perayaan hari raya maulid Nabi Muhammad SAW, yang sekarang menjadi hari
peringatan ”Sekaten”.
Perayaan Sekaten
pada zaman Majapahit bermakna sebagai penghibur Sesak Hati (Sesak-Hatian =
Sekaten), pada zaman para wali diubah menjadi menjadi Syahadatain. Upacara ini kemudian dirayakan lebih meriah pada masa
pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja terbesar Mataram. Sampai
sekarang, sekaten tetap dilakukan setiap tahun di Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta.
d. Upacara
Penguburan
Setiap daerah di Indonesia memiliki upacara penguburan
yang berbeda, sesuai dengan adat istiadat atau budaya dari masing-masing suku.
Contohnya yaitu upacara pembakaran mayat di Bali disebut Ngaben, sedangkan upacara pembakaran mayat di Kalimantan Tengah
disebut Tiwah.
e. Upacara
Perkawinan
Pada dasarnya adat perkawinan suku di
Indonesia bertolak dari anggapan masyarakat bahwa perkawinan adalah sesuatu
yang luhur, bukan sekedar ikatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,
tetapi merupakan proses menyatukan dua keluarga. Seperti halnya pada upacara
penguburan, upacara perkawinan juga berragam, sesuai dengan adat istiadat atau
budaya dari masing-masing suku.
B.
Budaya Asli Indonesia
Dalam mempelajari
kebudayaan, kita mengenal adanya tujuh unsur kebudayaan universal yang meliputi
:
a. Sistem Mata Pencaharian Hidup (ekonomi)
b. Sistem Peralatan dan Perlengkapan Hidup (teknologi)
c. Sistem Kemasyarakatan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem
Pengetahuan
g. Sistem Religi
Menurut Koentjaraningrat setiap unsur kebudayaan universal
tersebut mempunyai tiga wujud,
yaitu:
a. wujud sistem budaya,
berupa gagasan, kepercayaan,
nilai-nilai, norma, ilmu pengetahuan, dan sebagainya;
b. wujud sistem sosial, berupa tindakan sosial, perilaku
yang berpola seperti upacara, kebiasaan,
tata cara dan sebagainya;
c. wujud kebudayaan fisik.
Dr.
Brandes, seorang ahli purbakala, yang mengemukakan bahwa sebelum kedatangan
pengaruh Hindu-Budha, telah terdapat 10 (sepuluh) unsur pokok dalam kehidupan
asli masyarakat Indonesia, yaitu :
a. Mengenal Astronomi (Ilmu perbintangan)
Masyarakat Indonesia telah mengenal ilmu pengetahuan dan
memanfaatkan teknologi angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas
pelayaran dan perdagangan.
Petunjuk
arah dalam pelayaran :
1) Bintang
Biduk Selatan & Bintang Pari : Arah
selatan
2) Bintang
Biduk Utara :
Arah utara
Petunjuk
dalam Pertanian :
Bintang
Waluku : Awal musim hujan
b. Kepandaian
bersawah
Sejak zaman Neolitikum bangsa Indonesia telah bertempat
tinggal tetap. Kehidupan demikian mendorong mereka untuk hidup sebagai food
producing. Pertanian yang awalnya dilakukan dengan sistem ladang, kemudian
menggunakan sistem sawah. Untuk itu tata pengaturan air (irigasi) sudah
dilakukan dengan membuat saluran atau bendungan.
c. Pengaturan masyarakat
Dari desa-desa kuno di
Indonesia dapat diketahui bahwa salah satu aturan yang dikenal adalah adanya
kehidupan yang demokratis, berkelompok, dan gotong royong. Cara pemilihan
pemimpin yaitu : primus inter pares. Maksudnya, yang menjadi pemimpin
adalah orang yang dianggap dapat melindungi masyarakat dari berbagai gangguan,
termasuk gangguan roh sehingga seorang pemimpin dianggap memiliki kesaktian
lebih.
d. Sistem Mocopat
Kepercayaan yang didasarkan
pada pembagian 4 penjuru arah mata angin, yaitu utara, selatan, barat, dan timur.
Sistem mocopat dikaitkan dengan pendirian beberapa bangunan inti yaitu; pusat
kota/istana di sebelah selatan, tempat ibadah di sebelah barat, pasar di
sebelah utara, penjara di sebelah timur, dan alun-alun di tengah-tengahnya.
e. Kesenian Wayang
Wayang dimainkan seorang Dalang. Awalnya merupakan suatu
ritual pemujaan yang menceritakan kisah nenek moyang. Kedatangan Hindhu ke
nusantara menyebabkan kisah nenek moyang digantikan kisah Ramayana dan
Mahabharata. Fungsinya pun beralih sebagai pertunjukan, bukan lagi pemujaan.
f. Seni Gamelan
Gamelan merupakan seperangkat alat musik tradisional yang
dipakai untuk mengiringi pertunjukkan wayang. Beberapa alat gamelan adalah gong, bonang,
gambang, rebab, saron dan gendang.
g. Seni Membatik
Membatik merupakan kerajinan membuat gambar pada kain.
Cara menggambarnya menggunakan alat canting
yang diisi bahan cairan lilin (orang Jawa menyebutnya malam) yang telah
dipanaskan, lalu dilukiskan pada kain sesuai motifnya. Membatik termasuk
kegiatan religius, yaitu untuk menghormati nenek moyang.
h. Kemampuan berlayar
Pembawa kebudayaan Neolitikum masuk ke Indonesia ialah
ras bangsa Austronesia yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia. Mereka
datang ke Indonesia dengan menggunakan perahu bercadik. Kemampuan berlayar
disertai dengan pengetahuan astronomi, yakni pengetahuan tentang perbintangan.
Satu ciri perahu bangsa Indonesia adalah penggunaan cadik, yaitu alat dari
bambu dan kayu yang dipasang di kanan kiri perahu agar tidak mudah oleng.
i. Aktivitas perdagangan
Barang-barang kehidupan yang dibuat di rumah atau hasil
panen mereka banyak, tetapi ada beberapa kebutuhan yang tidak dapat mereka
penuhi atau mereka tanam; maka mereka tukar menukar barang (barter). Dengan
demikian terjadilah perdagangan.
j. Seni Logam
Masyarakat
Indonesia telah lama mengetahui cara membuat peralatan dari logam. Mereka
menggunakan teknik a cire perdue dan
teknik bivalve. Pada zaman logam, usaha
kerajinan perundagian makin berkembang.
No comments:
Post a Comment