Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan
adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Catur Murti adalah bersatunya
empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.
Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan
berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang
mendorong kita untuk berkata maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada
pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata-kata yang
baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat
baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk
berkata yang jahat dan berbuat jahat.
Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita.
Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita
pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat kita hilangkan.
Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah membuat
anda jadi benci. Kata-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan
berjalannya waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada
Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa,
maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing?
Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang
cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya.
Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman
itu tidak punya uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya
Rp 2000. Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya
anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat lapar.
Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai hatikah anda berbuat
begitu?
Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda
yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda
yang sedang menikmati makanannya.
Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada
contoh yang kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan
benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan
teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi sudah makan.
Teman anda tidak kelaparan.
Jadi sebelum anda berbuat, pikiran
yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya,
ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda
adalah “Perbuatan benar”.
Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh
dipisahkan, jangan ambil protholannya saja, ambillah kesatuannya,
keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu, Catur Murti bukan
hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan.
Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu
dengan jiwa kita, sehingga kita terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan
benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi
kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.
Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah
mata, artinya banyak-banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya
banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya ditutup.
Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.
Benci (kebencian)
Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam
dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat
dari sebuah kebencian.
Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.
Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.
Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.
Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.
Mutiara-mutiara
“… Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep,
wani. …”
“… Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani
…”
“Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha
cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami.”
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..
“Yen kapergok aja mlayu.”
..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)
“Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya.”
“Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia.”
“Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah,
rapalipun adiling Gusti.”
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik,
dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil Tuhan.
“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun
budi.”
Intinya, di dalam sebuah
pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang
dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan
budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di
sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.
“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah.”
Intinya, harus tahu bahwa
perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat
mendatangkan kesengsaraan orang lain.
“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”
Intinya, janganlah merasa hebat.
Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum
karma).
“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane.”
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan
bobotnya kekuatan harus dimiliki.
“Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan.”
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.
“Dede tekad pamrih, nanging tekad asih.”
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.
“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih
punika : “maksudipun”.”
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.
“Barang sanesipun saged dipun
wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni
niyat utawi “ngeker ancas lan tujuning lampah”.”
Intinya, barang lainnya selain
niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat
juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan
perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat
berubah.