Friday, January 25, 2019

CATUR MURTI

 


Catur itu empat, sedangkan Murti itu penjelmaan. Jadi yang dimaksudkan adalah empat yang dijelmakan menjadi satu. Catur Murti adalah bersatunya empat faal, yaitu pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.

Berawal dari keinginan atau kehendak (perasaan), itulah yang menyebabkan berpikir dan tindak lanjutnya adalah berkata, terakhir berbuat. Pikiranlah yang mendorong kita untuk berkata maupun berbuat. Sekarang tergantung kepada pikirannya. Kalau pikirannya baik/benar, maka akan mengeluarkan kata-kata yang baik/benar. Kalau pikirannya baik/benar, akan mendorong untuk berbuat baik/benar. Jika pikirannya jahat/tidak benar, akan mendorong orang untuk berkata yang jahat dan berbuat jahat.

Kebencian jangan diberi kesempatan untuk merajalela di alam pikiran kita. Kita harus menjinakkan kebencian yang ada di dalam pikiran kita, kemudian kita pudarkan atau kita kecilkan, agar pikiran jahat itu dapat kita hilangkan. 

Kalau sudah begitu, jangan diingat-ingat lagi orang yang pernah membuat anda jadi benci. Kata-katanya, perilakunya, jangan diingat lagi. Dengan berjalannya waktu, anda akan melupakan itu semuanya. Berterima kasihlah kepada Tuhan, karena anda dikaruniai sifat lupa, kalau anda tidak diberi lupa, maka anda akan ingat segala-galanya, apakah anda tidak bertambah pusing?

Ada kalanya kita menggunakan pikiran yang baik, namun masih dianggap kurang cukup. Menggunakan perasaan yang baik pun masih ada kekurangannya.

Sebagai contoh : Anda sedang berjalan dengan seorang teman. Kebetulan teman itu tidak punya uang sama sekali. Dan sama-sama lapar, tetapi uang anda hanya Rp 2000. Anda mampir di warung, nasi satu piring Rp 2000. jadi yang makan hanya anda sendiri. Sebab, uang itu adalah uang anda sendiri dan anda sangat lapar. Teman anda menunggu sambil berdiri, di luar warung. Sampai hatikah anda berbuat begitu?

Contoh lainnya : Uang Rp 2000 anda berikan kepada teman anda, teman anda yang makan. Anda hanya duduk saja di dalam warung, sambil mengamati teman anda yang sedang menikmati makanannya.

Pada contoh yang pertama, anda egoistis. Sekalipun berpikir benar. Pada contoh yang kedua, anda adalah orang gila yang baik hati. Sekalipun berperasaan benar. Nah, coba anda mencari makanan yang harganya Rp 1000 saja. Anda dan teman anda sama-sama dapat makan. Anda makan tidak kenyang, tetapi sudah makan. Teman anda tidak kelaparan.

 Jadi sebelum anda berbuat, pikiran yang benar harus diselaraskan dengan perasaan yang benar. Artinya, ada unsur penyelarasan. Dengan begitu, dalam konteks tersebut, perbuatan anda adalah “Perbuatan benar”.

Dengan demikian, Catur Murti itu merupakan kesatuan, tidak boleh dipisahkan, jangan ambil protholannya saja, ambillah kesatuannya, keseluruhannya. itu baru namanya Catur Murti. Selain itu, Catur Murti bukan hanya sekedar dihafalkan, tapi harus dihayati dan diamalkan.

Berlatih Catur murti tanpa berhenti, baru ada manfaatnya. Sehingga menyatu dengan jiwa kita, sehingga kita terbiasakan untuk berpikir benar, berperasaan benar, berkata benar dan berbuat benar. Dalam situai dan kondisi apapun reaksi kita jadi cepat dan dalam mengambil keputusan bisa dengan tepat dan benar.

Tuhan telah memberi kita 2 buah mata, 2 buah telinga dan 1 mulut. 2 buah mata, artinya banyak-banyaklah melihat. 2 buah telinga, artinya banyak-banyaklah mendengar. 1 buah mulut, kalau tidak perlu sebaiknya ditutup. Sebab mulut adalah pintu gerbang yang mendatangkan bahaya.

Benci (kebencian) Hidup ini jadi tegang dan gelisah. Kebencian dapat melahirkan dendam. Dendam dapat melahirkan ketidaktenangan. Gelisah dan gundah gulana itu juga akibat dari sebuah kebencian.

Serakah
Keserakahan menyebabkan hati kita tertutup. Hati yang tertutup tidak dapat melihat kepentingan orang lain, tidak dapat merasakan penderitaan orang lain. Yang dipikirkan hanya kepentingan, kesenangan dan keselamatan dirinya sendiri.

Iri Hati
Orang yang iri hati selalu merasa tidak senang, jika orang lain senang. Ia tidak merasa bahagia kalau orang lain bahagia. Ia merasa kecil hati melihat orang lain sukses. Orang yang iri hati itu hatinya kerdil, karena ia tidak mau menerima kenyataan dengan lapang dada atau mengakui kesuksesan orang lain, kegembiraan orang lain, kebahagiaan orang lain. Orang iri hati cepat sekali untuk memfitnah orang, menggunjing atau menjelekkan orang lain yang sukses.

Fitnah
Selama kita benar, jangan takut terhadap fitnah. Kalau kita tak berbuat yang neko-neko, kita merasa benar, tak perlu memikirkan fitnah itu. Biarkan saja, diamkan saja dan hadapi dengan kesabaran.

Bodoh (kebodohan)
Bilamana kita sedang marah, sedang membenci, sedang iri hati, sedang serakah, pada saat itu kita dalam keadaan bodoh, yang artinya tidak punya kemampuan untuk mengendalikan diri/lepas kontrol. Saat itu pikiran kita jadi gelap, tidak sadar, tidak bijaksana, kita jadi bodoh (tidak seperti biasanya, cerdas, bijaksana). Karena bodoh, ada kemungkinan kita memukul atau membunuh tanpa kesadaran. Melakukan hal-hal membahayakan untuk diri sendiri dan orang lain, dan kita pun menderita lahir batin. Kita baru sadar, setelah itu semua terjadi. Kesadaran yang datangnya terlambat.

Mutiara-mutiara

“… Kula badhe nyobi prabotanipun wong lanang, inggih punika: bares, mantep, wani. …”
“… Saya akan mencoba identitas seorang lelaki, yaitu: jujur, mantab, wani …”

“Boten kenging tiyang jaler ngunduri utawi nyingkiri bebaya utami, saha cidra dhateng pengajeng-ajeng lan kepercadosipun sesami.”
Intinya, seorang pemberani jangan takut menghadapi apapun..

“Yen kapergok aja mlayu.”
..dan jika bertemu suatu bahaya, jangan lari. (Bertanggungjawab)

“Ing donya mung kebak kangelan, seng ora gelem kangelan aja ing donya.”
“Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia.”

“Ajinipun inggih boten sanes naming aji tekad, ilmunipun ilmu pasrah, rapalipun adiling Gusti.”
Intinya, tak perlu mempelajari ajian-ajian, cukup dengan tekad yang baik, dengan kepasrahan yang benar dan selalu berlindung di bawah sifat adil Tuhan.

“Kula bade ngukur dedeg kula, nimbang botin kamantepan, njajagi gayuhanipun budi.”
Intinya, di dalam sebuah pengembaraan, sebaiknya seseorang juga perlu mempertimbangkan keyakinan yang dimilikinya dan mendalami raihan budi. Sejauh mana keyakinan dan raihan budinya, dapat dilihat setelah seseorang menjalani pengembaraan, karena di sanalah kedua hal tersebut dapat teruji dan terbukti.

“Pakerti asor numusi anak putu lan mbekta kasengsarane tiyang katah.”
Intinya, harus tahu bahwa perbuatan atau akhlak yang buruk dapat terwarisi oleh sang anak dan dapat mendatangkan kesengsaraan orang lain.

“Aja dumeh, tepa slira, ngerti kuwalat.”
Intinya, janganlah merasa hebat. Terhadap siapapun harus tenggang rasa. Dan harus tahu kena tuah (semisal hukum karma).

“Wani mengku: anteping ati, kencenging pikir, boboting kekuatane.”
Intinya, kemantapan dan kekuatan hati, pikiran yang kuat atau teguh dan bobotnya kekuatan harus dimiliki.

“Nekad: Kekendelan, ngluwihi kekuatan.”
Intinya, bertekad bahwa kepastian (di dalam diri) itu melebihi kekuatan.

“Dede tekad pamrih, nanging tekad asih.”
Intinya, berdasarkan pada tekad asih, bukan tekad pamrih.

“Tiyang mlampah punika, sangunipun lan gembolanipun satunggal, inggih punika : “maksudipun”.”
Intinya, orang berjalan hanya mempunyai satu bekal, yaitu niat.

“Barang sanesipun saged dipun wastani ngriribedi lan ngrawati lampah, kenging dipun wastani ugi : Ngendoni niyat utawi “ngeker ancas lan tujuning lampah”.”
Intinya, barang lainnya selain niat yang baik, hanya akan menjadi penghalang dan memperberat langkah, dapat juga dinamakan sesuatu yang bisa mengendorkan niat, bisa memutar tujuan perjalanan. Gara-gara mencari sesuatu yang tak jelas, niat seseorang dapat berubah.

Wednesday, January 16, 2019

Budi Utomo, Pelopor Organisasi Pergerakan Nasional




Budi Utomo adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia walaupun pada saat itu organisasi ini awalnya hanya ditujukan bagi golongan berpendidikan Jawa. Saat ini tanggal berdirinya Budi Utomo, 20 Mei, diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Latar Belakang
Budi Utomo lahir dari inspirasi yang dikemukakan oleh Wahidin Soedirohoesodo disaat beliau sedang berkeliling ke setiap sekolah untuk menyebarkan beasiswa, salah satunya STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).

Dr. Wahidin Sudirohusodo

Sejak saat itu, mahasiswa STOVIA mulai terbuka pikirannya dan mereka mulai mengadakan pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan STOVIA oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman.

Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu.

Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.

Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa mereka membutuhkan sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-Belanda.

Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil. Para pemuda akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri.

Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.

Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsa Jawa. Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Sulawesi, dan Maluku.

Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie), tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya.

Dengan demikian, sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang sama.

Para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua"-lah yang harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi itu.

Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.

Perkembangan
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa.

Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.

Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan.

Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman.

Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.

Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda.

Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda. Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.

Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.

Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.

Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.

Politik etis awal abad ke-20 membawa dampak munculnya “priyayi jawa baru” atau priyayi rendahan, mereka memiliki pandangan bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan. Dilatar belakangi situasi ekonomi yang buruk di pulau Jawa karena eksploitasi penjajah Belanda, menyebabkan banyak anak priyayi rendahan yang pandai tapi tidak dapat meneruskan sekolah karena tidak ada biaya.

Tujuan Budi Utomo adalah melakukan pengajaran bagi orang Jawa dan berusaha untuk membangkitkan kembali budaya Jawa, Jadi pendidikan barat dipadukan dengan tradisi dan budaya Jawa. Tentu saja berdirinya Budi Utomo ini menimbulkan banyak reaksi baik dari orang Belanda maupun kaum priyayi Jawa.

Sang priyayi baru, Dr Wahidin Sudirohusodo berusaha mencari dana untuk memberi bantuan kepada anak-anak yang tidak dapat sekolah. Propagandanya disambut antara lain oleh salah seorang mahasiswa kedokteran sekolah Dokter Jawa, School Taf Opleiding Van Indische Arsten (Stovia) yaitu Sutomo.

Ada yang berpendapat bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan renaissance atau kebangkitan budayan Jawa. Kaum priyayi menolak kehadiran Budi Utomo, Mengapa demikian? Karena kelahiran dan cita-cita Budi Utomo dianggap mengganggu kestrabilan kedudukan sosial mereka.

Mereka merasa terancam posisinya oleh gerakan anak muda tersebut. Untuk mencegah cita-cita Budi Utomo tersebut mereka mendirikan regent Bond Setia Mulya di Semarang, tapi ada pula kaum priyayi yang progresif seperti bupati Karang Anyar yang bernama Tirto Kusumo yang mendukung Budi Utomo.

Lalu bagamana perkembangan Budi Utomo selanjutnya? Walaupun tujuan Budi Utomo masih samar-samar yaitu kemajuan bagi Hindia, tetap menarik perhatian masyarakat, hanya dalam waktu enam bulan jumlah anggota Budi Utomo sudah mencapai ribuan orang dan cabang-cabangnya tersebar di kota-kota besar pulau Jawa tapi anggota Budi Utomo terbatas hanya dari suku Jawa dan Madura.

Dalam waktu satu tahun Budi Utomo berhasil menarik 10.000 anggaran yang berasal dari 40 cabang, seperti Yogyakarta, Madura, Bandung, Surabaya, Jakarta, dll. Dalam perkembangan selanjutnya anggoata Budi Utomo kebanyakan terdiri dari kaum priyayi dan pegawai negeri, apa akibatnya? Tujuan organisasi lebih diarahkan untuk kepentingan mereka dan mengabaikan kepentingan rakyat banyak.

Ketua Umum BU yang juga sebagai bupati lebih memperhatikan reaksi pemerintah kolonial daripada reaksi anggota atau rakyat banyak. Dengan keanggotaan para priyayi Jawa, maka sulit untuk memobilisasi anggotanya. Lalu bagaimana reaksi golongan muda? Dengan perkembangan yang demikian akibat terbatasnya jaringan interaksi atau hubungan organisasi, golongan muda merasa kecewa dan memutuskan keluar dari Budi Utomo.

Gerakan muda yang keluar diantaranya adalah Soetomo, Goenawan Mangunjusumo dan Cipto Mangunkusumo. Golongan pemuda di luar kultur Jawa membentuk organisasi pemuda diantaranya Jong Ambon Jong Celebes Jong Minahasa dan sebagainya. Di kalangan pemuda Jawa berdiri Sedyo Tomo dan Narpo Pendowo. Sementara itu Budi Utomo memperoleh status badan hukum dari pemerintah kolonial karena tidak memiliki tujuan politik dan dianggap tidak berbahaya.

Sesuai pekembangan jaman BU akhirnya juga terjun dalam kegiatan politik, hal ini terbukti ketika terjadi Perang dunia 1 pada tahun 1915, Budi Utomo turut memikirkan cara mempertahankan Indonesia dari serangan BU mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Indiandsche Militie (Milisi untuk Bumiputera) untuk mempertahankan Indonesia dari serangan yang dikemukakan dalam rapat umum di Bandung pada tanggal 5-6 Agustus di Bandung.

Menurut BU, untuk tujuan itu harus dibentuk dewan perwakilan rakyat terlebih dahulu. Atas usulan BU tersebut maka pada akhir Perang dunia 1 dibentuklah Volksraad. Ketika dibentuk Volksraad (Dewan Rakyat), wakil-wakil Budi Utomo duduk di dalamnya dalam jumlah yang cukup banyak.

Tahun-tahun berikutnya usaha untuk memajukan organisasi ini tidak begitu berhasil karena mulai muncul organisasi-organisasi baru sebagai saingannya yang harus nasionalis dan lebih progres. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Budi Utomo merupakan organisasi.

Pada tahun 1935 Budi Utomo berfusi atau bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra). Coba Anda tulis tiga organisasi yang progresif tersebut. Walaupun kegiatan Budi Utomo lebih bersifat sosial kultural, tapi kelahiran Budi Utomo merupakan pelopor pergerakan nasional Indonesia pertama, sehingga tanggal berdirinya ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional Indonesia.

Secara politik dapat dikatakan Budi Utomo kurang begitu pentingnya akan tetapi pergerakan inilah yang menyebar lebih semangat nasionalisme untuk pertama kalinya. Budi utomo dianggap sebagai organisasi pertama yang memakai konsep nasionalis karena, lahirnya Budi Utomo "dianggap" menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia. Padahal sebenarnya fase ini menunjukkan pada etnonasionalisme dan proses penyadaran diri terhadap identitas bangsa Jawa, bukan nasional.

Bagi pemerintah kolonial Belanda jelas Budi Utomo yang dipandang penting. Organisasi itu sesuai dengan Politik Etis yang dicanangkan mereka awal abad ke-20, ingin meningkatkan pendidikan tetapi tanpa terjun ke politik praktis. Sedangkan Sarekat Islam lebih dipandang sebagai gerakan yang berbahaya, sebab itu pengakuan pemerintah kolonial terhadap perhimpunan ini hanya bersifat lokal.

Pandangan serupa diteruskan oleh pemerintah Orde Baru yang memandang organisasi seperti Budi Utomo lebih cocok dengan program stabilitas nasional. Sedangkan perkumpulan seperti Sarekat Islam itu berpotensi menimbulkan gejolak. Itulah sebabnya dalam buku-buku sejarah nasional kita Budi Utomo yang ditonjolkan. Bahkan selalu ditekankan bahwa organisasi tersebut tidak bersifat kedaerahan. Kini bingkai sejarah lama itu telah retak. Perlu dibuat yang baru.

Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan.

Budi utomo pada saat ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu STM yang memiliki siswa yang suka tawuran, bikin rusuh, bandel, dan sebagainya. Biasanya anak sekolah tersebut menyebut dengan singkatan Budut / Boedoet (Boedi Oetomo). Pada artikel kali ini yang kita sorot adalah Budi Utomo yang organisasi jaman dulu, bukan yang STM.
dr. Soetomo

Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional Indonesia.

Sebagai suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1.  Meninggikan tingkat pengajaran di sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2.    Memberi beasiswa bagi orang-orang bumi putera.
3.    Menyediakan lebih banyak tempat pada sekolah pertanian.
4.    Izin pendirian sekolah desa untuk Budi Utomo.
5.    Mengadakan sekolah VAK / kejuruan untuk para bumi putera dan para perempuan.
6.    Memelihara tingkat pelajaran di sekolah-sekolah dokter jawa.
7.    Mendirikan TK / Taman kanak-kanak untuk bumi putera.
8.  Memberikan kesempatan bumi putra untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa - Belanda.

Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
1.    Tidak mengadakan kegiatan politik.
2.    Bidang utama adalah pendidikan dan kebudayaan.
3.    Terbatas wilayah jawa dan madura.
4.   Mengangkat R.T. Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar sebagai ketua.

Pemerintah Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal karena banyak hal, yakni :
1.    Mengalami kesulitan dinansial
2. Kelurga R.T. Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada rakyat.
3.    Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4.    Keluarga anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5.    Bupati-bupati lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6.    Bahasa belanda lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7.   Pengaruh golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang nasionalis.


Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...