Saturday, April 20, 2019

Soviet, Bung Karno dan Pembebasan Papua Barat




Tidak seperti negara-negara jajahan Inggris, Indonesia memperoleh kemerdekaannya melalui jalan revolusi fisik. Sementara Inggris memberikan jalan kepada negara jajahannya untuk merdeka melalui jalan damai.

Indonesia menempuh revolusi fisik untuk mempertahankan dan membebaskan wilayah-wilayah yang menjadi jajahan Belanda selama empat tahun lamanya. Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia pada Desember 1949 kecuali Papua Barat atau dulu dikenal dengan Irian Barat.

Belanda beralasan bahwa pulau itu dan suku-sukunya memiliki budaya yang berbeda. Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno lantas membuat misi untuk membebaskan Papua Barat dari kekuasaan Belanda.

“Awalnya ini merupakan upaya yang sia-sia,” kata Clarice Van den Hengel, peneliti dan ahli Indonesia berbasis di Den Haag, Belanda ketika berbincang dengan RBTH pada 21 Januari lalu. “Amerika Serikat yang telah membentuk NATO awalnya mendukung Belanda, dan Stalin sama sekali tidak peduli dengan Indonesia.”

Bung Karno memulai upaya pembebasan Papua Barat dengan cara bernegosiasi secara langsung dengan Belanda. Upaya itu akan tetapi gagal. Indonesia lantas menggalang dukungan di Majelis Umum PBB. Lagi-lagi upaya tersebut menemui jalan buntu.

Bung Karno secara politik memiliki kecenderungan sosialis. Ia kemudian memulai kunjungan pertamanya ke Moskow pada 1956. Di sana ia membahas masalah Indonesia dengan Belanda yang kemudian disebut sebagai “Sengketa Irian Barat”. Dengan kata lain, ia menempuh jalur konfrontasi dengan Belanda.



Pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev yang mendukung gerakan anti-kolonial di Asia dan Afrika menyatakan dukungannya kepada Indonesia yang waktu itu sedang menggalang dukungan di PBB. Soviet mulai memberi bantuan militer kepada Indonesia.

Bantuan itu berupa satu kapal penjelajah, 14 kapal perusak, delapan kapal patroli antikapal selam, 20 kapal rudal dan beberapa kapal torpedo bermotor dan kapal meriam serta kendaraan-kendaraan lapis baja dan ampifibi, helikopter, dan pesawat pengebom.

Bantuan persenjataan ini diberikan dari akhir 1950-an hingga ujung kekuasaan Bung Karno pada 1966. “Situasi menjadi berubah karena itu,” kata Hengel, “Tidak ada yang mau berurusan dengan militer Indonesia yang dilengkapi dengan persenjataan modern.”

Sejak itu, Indonesia menerapkan politik konfrontasi terhadap Belanda pada 1960. Konfrontasi ini melibatkan tekanan diplomatik, politik, ekonomi dan kekuatan militer secara terbatas. Puncaknya, konfrontasi ini memaksa Indonesia menggunakan kekuatan militer secara penuh yang berisiko melibatkan Amerika Serikat campur tangan untuk membantu sekutu NATO mereka.

Selama masa puncak konfrontasi, Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio yang fasih berbahasa Rusia terbang ke Moskow untuk meminta dukungan Soviet. Pemimpin Soviet Khrushchev merekam pertemuannya dengan Subandrio dalam memoarnya.

“Saya bertanya kepada Subandrio: ‘Seberapa besar kemungkinan kesepakatan bisa tercapai,” tulis Khrushchev.
“Ia menjawab: ‘Kecil kemungkinannya.’ Saya katakan, ‘jika Belanda tidak rasional dan memilih perang, ini merupakan perang dalam batas tertentu dan bisa menjadi pembuktian terhadap pilot-pilot pesawat kami yang dilengkapi dengan rudal. Kita akan lihat bagaimana rudal kami bekerja,” kata Khrushchev.


Setelah berbicara dengan Subandrio, Khrushchev heran mengapa hasil pembicaraan yang seharusnya rahasia kemudian disampaikan kepada AS. Memang Soviet secara terbuka mendukung Indonesia dalam sengketa Papua Barat dan AS nampaknya tidak ingin terlibat dalam konfrontasi yang berpotensi menimbulkan Perang Dunia.

Menurut Van den Hengel, itu merupakan saat-saat terakhir Belanda di Papua Barat. Selain tidak ingin terlibat perang secara langsung dengan Soviet, AS tidak ingin dituduh sebagai pendukung negara kolonial Eropa terhadap negara-negara Dunia Ketiga yang baru saja merdeka.

Belanda secara resmi menyerahkan Papua Barat ke PBB di bawah tekanan AS pada 1962. Kemudian diteruskan secara administrasi menjadi bagian dari wilayah Indonesia pada 1963. Papua Barat kemudian resmi bergabung setelah referendum pada 1969.

Dalam dokumen PBB yang dimuat laman resminya juga menyatakan demikian. Bahwa kesepakatan awal antara negara yang bersengketa tercapai pada Juli 1962. Dengan begitu, Papua Barat resmi berada di bawah PBB. Selanjutnya, Indonesia dan Belanda telah menandatangani perjanjian di New York pada Agustus 1962. Sebelum resmi diserahkan kepada pemerintah Indonesia, otoritas terhadap Papua Barat berada di bawah sebuah badan PBB bernama UNTEA.

Badan ini mengelola, menjaga ketertiban, menegakkan hukum serta melindungi hak-hak penduduk. Badan ini memastikan semuanya berjalan dengan baik hingga secara administratif Papua Barat diserahkan kepada Indonesia. Bergabungnya wilayah Papua Barat ke Indonesia melalui proses demokratis dan sesungguhnya sudah sesuai dengan mekanisme hukum internasional kala itu. Dan itu sama sekali berbeda jauh dengan yang dituduhkan banyak orang sebagai aneksasi.

Berdasarkan beberapa catatan, Belanda disebut masih berkepentingan ketika Papua Barat sudah menjadi wilayah dari Indonesia. Bahkan pihak Belanda membentuk organisasi separatis untuk terus mengkampanyekan soal aneksasi dan mempersoalkan integrasi Papua Barat ke Indonesia.

Saturday, April 6, 2019

MEMAYU HAYUNING PRIBADI (2)


MEMAYU HAYUNING PRIBADI
Bagian 2 (no.9-17)



– 09 –
Digedhongana dikuncenana kayangapa, nanging wong iku yen wis tinakdir tekan janjine utawa ajale, mangsa bakal wurunga. Iki maweh peling marang kita, yen kita manungsa mono ing atase badan lan umure dhewe ora kuwasa. Apamaneh sing mung wujud barang sampiran kayadene drajad, semat lan pangkat, kaluhuran, kasugihan, lan kalungguhan. Mula saka iku aja kibir, jubriya lan aja sok dumeh. Awit isih ana panguwasa liya (Gusti Allah) kang luwih kuwasa.

Terjemahan bebas :
(walau bagaimana pun) Cara bersembunyi nya, akan tetapi setiap orang itu kalau sudah di kodratkan dan sudah datang nya “waktu” dari kodrat tersebut (atau pun) ajal (waktu kematian), tidak akan dapat dihindari. hal ini memberikan sebuah peringatan kepada kita (semua), kalau manusia itu tidak mempunyai kuasa terhadap badan (pertumbuhan tubuh manusia) dan umur (nyawa manusia). Apalagi yang berbentuk barang (diluar tubuh manusia) yang hanya merupakan sebuah titipan contohnya seperti derajat, pangkat yang tinggi, (penilaian orang lain terhadap) keluhuran (perbuatan kita), kekayaan/harta benda, dan posisi penting (yang dia miliki). Oleh sebab itu janganlah takabur (berpikir semuanya mampu dilakukan sendiri), sombong terhadap kemampuan yang dimiliki dan memandang rendah orang lain yang tidak mengerti, Sebab masih ada penguasa segalah hal ( Sang Semesta) yang lebih berkuasa terhadap hal apa pun.


– 10 –
Ngombe lan memangan yen tanpa taker lan tanpa pilih-pilih iku pancen bisa nekakake bilahi. Mula nyandhet ubaling kepinginan ngombe lan memangan kang kaya mangkono mau wis ateges sawijining pamarsudi nyegah karusakaning jiwa lan raga. Wondene sranane kang prayoga yaiku pasa sing mengku ancas pupur sadurunge benjut, nyingkiri sadurunge kesandhung bilahi.

Terjemahan bebas :
Mempercayai sebuah informasi jikalau tidak ditimbang dan diteliti (terlebih dulu) pasti akan bisa menyebabkan bencana (diakibatkan kesalahan pemahaman kita). Oleh sebab itu menahan diri untuk tidak gampang terpikat pada sebuah informasi yang tidak jelas kebenarannya, sudah termasuk cara dalam mencegah kesalahan kita dalam berpikir dan bertindak. Oleh sebab itu gunakan lah cara yang baik untuk mendapatkan sebuah informasi (yang benar), (cara tersebut adalah) menahan diri untuk tidak gampang mempercayai sebuah informasi (ketika kita sendiri tidak bisa/mampu membuktikan nya), memperbanyak informasi (wawasan yang lain) sebelum kita mempercayai informasi tersebut, (melakukan perbuatan untuk) tidak mempercayai sebuah informasi ketika kita mempertimbangkan dengan masak yang disertai alasan alasan yang jelas bahwa informasi tersebut akan menjerumuskan kita kepada sebuah hal yang salah.


– 11 –
Kamulyan lan kanikmataning uripe wong-wong kang sugih dituku mawa tangising rakyat kang mlarat.

Terjemahan bebas :
(ingatlah bahwa) Kemakmuran dan sebuah rasa nyaman (dan kenikmatan) seperti yang dirasakan orang orang yang kaya tersebut (sebenarnya adalah) di dapat dari memeras jerih payah rakyat yang buaaaanyak di bawah batas ambang kemiskinan.


– 12 –
Kang kinaran janma kang wis kadunungan cipta kang wening iku, yaiku sapa kang wis temen-temen mantep pangidhepe marang Gusti Kang Murbeng Dumadi. Wong kang kaya mangkono mau samangsa nindakake pakarti apa ta apa tansah linambaran ati kang sarwa tepa tulus, kabeh-kabeh amung akarana Allah. Ora cilik ati, gedhene ngrasa owel ing kalane wohing panggawene mitunani awake dhewe. Nanging bisa gawe raharjane sesamaning dumadi. Kosokbaline wong kang nindakake pangibadah nanging isih ndarbeni pepinginan supaya diweruhana lan digawokana dening liyan, iku pratandha yen pangidhep lan pangibadahe durung akarana Allah.

Terjemahan bebas :
Yang disebut manusia yang sudah mendapatkan “kedewasaan yang sejati”, yaitu adalah manusia yang benar benar (secara jasmani dan rohani) menghadap pada jalan Ilahi (jalan kebenaran) (jalan kebahagian Abadi) (jalan yang sudah di kodratkan oleh Tuhan yang Menciptakan segala hal). Manusia yang seperti itu adalah adalah manusia yang mengerjakan segala dengan hati tulus, kesemuanya (pekerjaan dan perilaku manusia tersebut) hanya karena kecintaan nya kepada Sang Semesta/ Sang Pencipta Segala Hal/ Allah/ Tuhan. Tidak pernah (merasa) berkecil hati, kalau pun (merasa) kecewa, hal itu disebab kan karena perilaku dirinya sendiri yang dia anggap mengecewakan. (akan) Tetapi sebenarnya hasil perbuatannya bisa membuat “perbaikan” (perubahan kearah yang baik) yang bisa dirasakan oleh semua hal/bentuk sesama ciptaan Sang Maha Pencipta. Kebalikannya (adalah) manusia yang menjalakan (memamerkan) segala perbuatan – perbuatan baiknya disebabkan karena ingin dipuji/dihargai oleh orang lain, itu adalah tanda bahwa manusia tersebut melakukan segala hal bukan kerena kecintaan nya kepada Sang Maha Pemberi.


– 13 –
Pambudidayanira manembah marang Pangeran iku prayogane aja sira anggo sarana ngalab tumuruning peparinge, nanging mligiya nindakake panembah mung saka niyat manembah. Awit wong kang nyenyadhong sihing Pangeran sarana laku panembah kathik banjur nyata kaleksanan panyuwune, ing adat wong mau banjur dadi kethul kawaspadane marang kaluhuran lan keagungane Kang Murbeng Dumadi. Aran isih begja yen ora banjur dadi wong jubriya seneng nyepelekake marang sesamaning dumadi.

Terjemahan bebas :
Melakukan segala hal yang bersifat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta itu sebaiknya jangan “hanya” dipakai untuk supaya keinginan mu terpenuhi/tercapai, tetapi (sebaiknya) lakukan lah hal tersebut (mendekatkan diri kepada Sang Pencipta) hanya karena anda ingin merasa dekat dengan Sang Pencipta. Sebab biasanya orang yang “hanya” meminta keinginan-nya saja kepada Sang Pencipta dengan “jalan” meminta terus menerus (hanya dikarenakan keuntungan pribadi), kemudian terkabul/terlaksana keinginan-nya, biasanya orang tersebut menjadi meremehkan (menganggap gampang/menggampangkan) segala hal tentang ketentuan dan kebikjaksana-an Sang Pencipta. (bisa) Disebut masih (ber)untung (sebab cuman menganggap segala hal mudah) jika tidak orang tersebut bukan cuman menganggap segala hal mudah akan tetapi malah terjerumus pada sikap sombong senang meremehkan kepada segala hal ciptaan dari Sang Pencipta.


– 14 –
Ana sawenehing wong kang duwe penganggep menawa nyenyuwun sihing Allah iku ora ana gawene. Awit Gusti Allah iku adil lan Maha Wuninga saengga ora bakal peparing marang wong kang ora pantes nampa ganjaran. Nanging wong mau sajak lali yen Gusti Allah mono Maha Welas lan Maha Asih. Uga ana sawenehing wong kang ora precaya marang anane Gusti Allah, presasat uga ora pracaya marang anane dhewe dene nganti awake lair ana ing donya. Nanging yen wong mau nandhang reribed lan nalare wis pantog, adate tuwuh osiking atine yen Pangeran iku ana malah banjur disesuwuni.

Terjemahan bebas :
Ada sebagian komunitas (orang) yang mempunyai anggapan bahwa meminta pertolongan Sang Pencipta Segala Hal itu tidak ada gunanya (tidak ada manfaatnya). Disebabkan Sang Pencipta itu Maha Adil dan Maha Mengerti sehingga tidak akan memberikan/mengabulkan “permintaan” manusia manusia yang tidak pantas untuk diberikan/dikabulkan permohonan nya. Akan tetapi sepertinya orang orang seperti itu sepertinya lupa kalau Sang Pencipta Segala Hal tersebut Maha (ber)Belas dan Maha (peng)Asih. Ada juga sebagian komunitas (orang) yang tidak percaya kepada adanya Sang Pencipta Segala Hal, (hal itu sama saja) seperti tidak mempercayai kepada “perjalanan” dia sendiri sampai dia dilahirkan kedalam alam fana ini. Akan tetapi biasanya orang orang seperti itu bila terkena masalah dan pikirannya sudah buntu, biasanya malah tumbuh dari dalam hatinya kalau “Sang Maha Penguasa Segala Hal” itu ada dan kemudian malah memohon “sesuatu” kepada Nya.


– 15 –
Wong kang kulina ngeningake ciptane kang resik ing wayah esuk, lawas-lawas banjur bisa ngeningake ciptane ing wayah bengi uga, lan sangsaya lawas maneh bisa ngeningake cipta ing wayah apa bae lan ing ngendiya bae. Nanging sabarang pratingkah iku bisa dadi pakulinan manawa katindakake kanthi ajeg, sarana panglantih kang tumemen lan ora bosen. Klawan mangkono sabarang kang maune rinasa rekasa lan abot, bakal sirna. Mangkono ora ana bedane yen kita kepingin nanem wiji kautaman, iya kudu kita gladhi tanpa bosen.

Terjemahan bebas :
Orang yang terbiasa berlatih mengheningkan cipta kepada focus yang “murni” pada saat hatinya tenang, setahap demi setahap dan dilalui dengan tekun dan terus menerus, (kemudian) dikeranakan kebiasaan yang dilatihnya, orang tersebut akan bisa mengheningkan cipta juga disaat hati kalut dan bingung, dan ketika “bisa” (melakukan mengheningkan cipta disaat hati kalut dan bingung) kemudian terbiasa yang disebabkan dilatih secara terus menerus, maka orang tersebut akan “bisa” mengheningkan cipta dimana saja dan dalam kondisi apa pun. Sebab semua “hal itu” (mengheningkan cipta) adalah sebuah “cara” yang harus dilakukan berulang ulang dan dijadikan sebuah kebiasaan, sebuah cara berlatih (dengan) bersungguh sungguh dan menghilangkan sebuah “rasa” bosan (pada diri kita). Dengan cara tersebut semua hal yang tadinya terasa sulit dan berat akan hilang/musnah. Kesemuanya itu tidak ada bedanya kalau kita ingin berbuat sebuah hal yang “luhur” (baik), haruslah dengan cara berlatih terus menerus menghilangkan rasa/perasaan bosan (pada diri kita).


– 17 –
Yen pinuju wayah wengi langite terang banjur tumengaa ing tawang, kita bakal nyipati saperangane gelaring alam, abyoring langit kang sumilak sinebaran lintang-lintang pating krelip, gedhe cilik kaya wis sengadi tinata panggonane, angin sumilir ngobahake kekayonan lan gegodhongan kang ngandhut aruming gandane kekembangan. Sing kaya mangkono sayekti bisa nuwuhake rasa pangrasa tentrem ing ati kita. Nanging luwih saka iku, apa sing kaya mangkono mau ora ngosikake kita tumrap kaluhuraning Kang Maha Agung kang wus mranata sakabehing mau ?

Terjemahan bebas :
Ketika disaat malam hari kemudian kita melihat ka angkasa yang terang (diterangi berbagai bintang), kita akan melihat sepenggal dari penampak-an alam, gemerlap langit yang diterangi oleh banyaknya bintang bintang yang berkedip, (bintang) besar (dan) (bintang) kecil seperti sudah tertata tempatnya, angin (berhembus) sepoi sepoi menggerakkan pepohonan dan dedaunan yang membawa harumnya bau berbagai macam bunga. Yang seperti itulah sebenarnya yang bisa menimbulkan sebuah rasa perasaan yang tentram di dalam bathin kita. Akan tetapi lebih dari itu, apa hal seperti itu tadi bisa menggerakkan kita terhadap ke agungan Yang Maha Agung yang sudah menata segala hal tersebut ?

Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...