Benarkah Indonesia dijajah belanda selama 350 tahun ?
Kalimat
Indonesia dijajah
belanda selama 350 tahun muncul dari kelompok pergerakan nasional, mereka
mengutip dari pernayataan gurbenur jendral BC de jonge tahun 1936 :
" kami orang belanda sudah berada
di sini 300 tahun dan kami akan tinggal di sini 300 tahun lagi "
ucapan
ini sebenarnya ditujukan
untuk menentang kelompok pergerakan, tapi sayangnya malah di gunakan terus-menerus.
Bila
di hitung-hitung dari pertama kali kedatangan belanda pun bukan 350 tahun. Orang belanda yang datang pertama kali
adalah de houtman bersaudara dan mendarat di Pelabuhan Banten tahun 1552 bila di hitung dari tahun
1552 dan mereka berada di Indonesia
selama 350 tahun berarti kita merdeka tahun 1902 bukan 1945.
Sebenarnya
ketika de houtman datang ke banten mereka masih melakukan penjajakan wilayah,
belum bisa juga di sebut sebagai menjajah kan ? kalau pun kita mau menghitung
dari saat VOC menduduki Batavia
tahun 1619 tidak
sampai 350 tahun juga. Apalagi saat itu Jakarta yang luasnya masih sebagian dari wilayah Jakarta Utara sekarang, tidak sebanding dengan luas wilayah
nusantara.
Banyak Kerajaan Merdeka
Ada
tumpang tindih pernyataan 350 tahun dijajah Belanda dengan kerajaan besar abad ke
16-17 adalah masa kejayaan sultan Iskandar
Muda (1607-1645) yang
meluaskan kekuasaan hingga pantai barat Sumatra.
Begitu
juga kejayaan Sultan
Agung (1613-1645)
yang meluaskan kekuasaannya ke seluruh Jawa (kecuali daerah Banten dan Batavia). GS resink mencatat antara tahun
1850-1910 banyak daerah yang masih
merdeka seperti kerajaan Sumba, Goa, Aceh, Langkat dan Lingga yang merdeka tahun 1915.
Umumnya
kerajaan-kerajaan di Nusantara
baru kehilangan kemerdekaan di awal abad 19 dan terjadi secara bertahap akibat
perang. misalnya, di sumatera utara ada perang Sisingamaraja (1887-1907), Kiras bangun (1901-1905) dan Rondahaim (1807-1889).
Status Sejajar
Bagaimana dengan VOC (1602-1798) yang
selama ini di anggap
sebagai cikal bakal dari penjajahan Belanda ?,
VOC adalah sebuah persekutuan dagang asal Belanda yang punya hak monopoli di
kawasan Asia. VOC baru membuka kantor pusat di Batavia tahun 1619 dan bukan milik pemerintah Belanda. Mereka bisa dibilang
perusahaan mulitinasional namun
mampu memiliki tentara dan aturan
sendiri.
Yang
paling merasakan kekejaman VOC lewat tanam paksa adalah Jawa dan Sumatra, sementara wilayah lain di Nusantara ada yang terkena ada yang tidak. Setelah VOC bubar karena bangkrut, baru di ambil alih oleh pemerintahan
belanda 1816. Pada
masa itu Hindia-Belanda dan beberapa kerajaan Nusantara statusnya masih sejajar.
Ada
peraturan pemerintahan tahun 1854 yang menyatakan gubernur jendral Hindia Belanda punya wewenang mengumumkan perang serta membuat perdamaian
dan perjanjian dengan raja-raja di
seluruh Nusantara.
.
Hanya Mitos
Hanya Mitos
Boleh
dibilang dijajah 350 tahun itu mitos kalau bicara soal penjajahan di Indonesia tidak bisa di samaratakan karena begitu
luas wilayah Nusantara, tiap-tiap daerah atau kerajaan
memiliki hubungan yang berbeda dengan pemerintahan
Hindia Belanda.
Mungkin
dengan wilayah Maluku, Banten dan Jakata (markas VOC) yang paling
merasakan penjajahan Belanda
itu pun mereka di kuasai selama 343 tahun
kalau di hitung dari wilayah Nusantara
dan di hitung
dari tahun 1910 seperti
perhitungan resink bahwa antara tahun 1850-1910 banyak daerah yang masih
merdeka, maka belanda
menjajah sekitar 35 tahun. Jangan lupa tahun 1942 kehadiran Belanda sudah digantikan oleh penjajah Jepang, jadi Belanda tidak sepenuhnya menguasai Nusantara selama 35 tahun.
Angka
350 tahun itu memang sudah melekat dari kita dari dulu, semua orang tau bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350
Tahun !, tapi apa benar itu
kenyataannya ?,
saya membaca perdebatan antara Soe Hok Gie dengan salah seorang dosen sejarahnya. Soe sangat tidak terima Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.
saya membaca perdebatan antara Soe Hok Gie dengan salah seorang dosen sejarahnya. Soe sangat tidak terima Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun.
Mengutip
pendapat Profesor G.J. Resink (akademisi UI yang berkebangsaan Belanda),
aktivis dan mahasiswa sejarah itu menyebut angka tersebut hanya “dramatisasi
politik” Soekarno untuk membakar rakyat Indonesia punya jiwa.
“Dalam kenyataannya, Belanda tak pernah bisa menguasai
100% wilayah Nusantara sampai akhir kekuasaannya” kata Soe sambil menyebut beberapa
pemberontakan rakyat Aceh yang masih berlangsung hingga 1942.
Fakta sebenarnya adalah penjajahan Belanda atas
Indonesia hanya 4 tahun (1945-1949).
Apa sebab ? “Sebelum 1945, secara de facto dan de jure,
Republik Indonesia belum
ada, dengan kata
lain Negara Indonesia belum lahir”.
Nama
Indonesia sendiri baru disebut-sebut di kalangan ilmuwan ketika pada 1850,
seorang etnolog berkebangsaan Inggris bernama James Richardson Logan menulis Ethnology of the India Archipelago
(dimuat dalam The Journal of Indian Archipelago and East Asian Edisi IV. Dalam
waktu yang hampir bersamaan, Adolf Bastian, seorang etnolog Jerman (1826-1905)
lantas menulis sebuah buku berjudul Indonesien
oder die Inseln des Malayischen Archipel (Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu).
Sebelum
1945, wilayah Indonesia memang dikenal sebagai Hindia Belanda, Artinya India punya Belanda. Itu untuk membedakan dengan Hindia
Barat atau India yang punya Inggris. Dua nama itu murni hasil kesepakatan
antara bangsa penjajah semata.
Jauh
sebelum ada nama Hindia Belanda, kawasan
kita lebih dikenal sebagai Nusantara
(artinya diantara pulau-pulau). Isinya
terdiri dari berbagai bangsa dan kerajaan seperti Sunda, Bali, Gowa, Pajajaran,
Melayu, Andalas, Pagaruyung, Mataram, Banten dan lain sebagainya.
Kembali
ke soal angka 350. Rupanya, angka tersebut awalnya keluar dari mulut salah seorang
Gubernur Hindia Gubernur Jenderal De Jonge Belanda namanya Bonifacius Cornelis de Jonge
(1931-1936). Ceritanya, pada sekitar pertengahan tahun 1930-an, ia memberikan
keterangan ke pers bahwa sebuah Hindia Belanda yang merdeka masih jauh dari
kenyataan: “Kami sudah ada di sini sejak
hampir 350 tahun yang lalu, dan kami akan tetap di sini sampai 300 tahun
kemudian,” ujarnya.
Benarkah
apa yang dikatakan De Jonge ?, Kalaupun itu dihitung sejak
kedatangan pertama kali armada Belanda pimpinan Cornelis de Houtman pada 22 Juli
1596 atau Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Warwijck pada 1 Mei 1598, mungkin ia tidak salah. Tapi bukankah saat
pertama kali mereka datang ke Pelabuhan Banten tujuannya hanya berbisnis
semata, bukan melakukan
penjajahan? Alih-alih menjajah, mereka bahkan terikat kesepakatan dengan
Kerajaan Banten dan justru mempersembahkan upeti kepada Sultan Banten.
Harus
diingat pula, setelah berdirinya Maskapai Perdagangan Hindia Timur (VOC) pada
1602 tak serta merta urusan “penguasaan” ekonomi dan politik Belanda atas
kawasan Nusantara berlangsung mulus. Berbagai perlawanan terjadi ketika Belanda
berniat menganeksasi wilayah kerajaan-kerajaan yang ada saat itu.
Muncullah
berbagai perang yang terjadi di berbagai di kawasan Nusantara. Di Jawa Barat
muncul seorang Haji Prawatasari yang memimpin secara sporadis perlawanan
terhadap VOC (1703-1707), di Sumatera Barat meletus Perang Padri (1821-1837),
di Jawa Tengah dan Yogyakarta terjadi Perang Diponegoro (1825-1830), Perang
Aceh I (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856),
Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra
Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh II
(1912-1942).
Praktis
hingga 1942, Belanda tidak bisa sepenuhnya menguasai wilayah Nusantara. Di
beberapa kawasan seperti Banten, Aceh dan sebagian wilayah Sumatera lainnya,
bahkan secara de facto Belanda hanya
menguasai kawasan kota semata. Sedangkan kawasan pelosok dan pedalaman, tetap
dikendalikan oleh para pejuang lokal.
Pendapat
tersebut diperkuat oleh sejarawan dari Universitas Padjajaran, Nina Lubis,
Menurut Nina, hingga akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di
Bali, dan beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian
sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda.
Jadi
masihkan kita menyebut dengan “takjub” di mimbar-mimbar dan kelas-kelas bahwa
kita telah dijajah Belanda selama 350 tahun ?, pikirkan itu...!
No comments:
Post a Comment