Friday, January 22, 2021

Kebudayaan Indonesia Masa Kuno

 

1). Pendahuluan

Kebudayaan itu meliputi seluruh hasil usaha manusia baik berupa benda atau hanya alam pikirannya dan alam penghidupan saja. Kalau benda berupa keterangan tulisan maka lebih dipahami alam pikirannya.

Kita bayangkan betapa luasnya usaha manusia itu, betapa banyak benda yang dibuat olehnya untuk memenuhi kebutuhan, semakin dekat ke masa kita semakin banyak benda yang sampai pada kita. Maka dalam sejarah kebudayaan ini sejarah jaman purba akan terbatas pada sejarah kesenian saja.

 

2). Candi

Bangunan kuno yang sampai pada kita hanya yang terbuat dari batu dan dari bata saja. Bangunan itu erat kaitannya dengan bangunan keagamaan yaitu candi yang berasal dari kata Candika (salah satu nama Dewi Durga). Dalam agama Hindu candi berfungsi sebagai semacam pemakaman dalam hal ini benda-benda (Pripih) yang disertai saji. Sedang dalam agama Budha sebagai tempat pemujaan pemujaan dewa saja.

Candi sebagai memiliki 3 bagian yaitu kaki, badan dan atap yang melambangkan alam semesta dengan tiga bagiannya yaitu alam bawah atau tempat manusia (kaki candi), alam atas atau tempat dewa (atap candi) dan alam antara manusia yang telah meninggalkan keduniawiannya dan dalam keadaan suci menemui Tuhannnya (badan candi). Candi sebagai tempat sementara Dewa merupakan tiruan tempat Dewa yang asli (gunug Mahameru) sehingga candi dihias dengan berbagai ukiran dan pahatan.

Pengelompokkan candi erat kaitannya dengan alam pemikiran manusia. Di Indonesia pengelompokkan candi ada 3 jenis. Pertama di Jawa Tengan bagian selatan dimana candi induk berada di tengah dikelilingi dengan rapi oleh candi perwaranya yang melambangkan sifat feodal pemerintahnya dan bercorak Budha.

Di Jawa Tengah bagian utara dengan candi-candi yang berkelompok tanpa tanpa aturan yang jelas bahkan merupakan gugusan candi yang berdiri sendiri yang melambangakn pemerintahan demokratis dan bercorak Hindu. Berbeda dengan di Jawa Timur (termasuk candi di Bali dan Sumatera) dimana candi induk ada dibelakang candi-candi perwaranya yang melukiskan pemerintahan yang federal dimana pemerintah pusat sebagai pemersatu dan daerah memiliki otonomi penuh. Candi Jawa Timur bercorak Tantrayana.

Dari coraknya candi di Jawa Tengah utara tidak jauh beda dengan Jawa Tengah bagian selatan kecuali bahwa candi di utara lebih sederhana dari candi di selatan. Perbedaan yang nyata terdapat diantara candi Jawa Tengah dengan candi Jawa Timur (termasuk Muara Takus dan Gunung Tua) sehingga dikatakan ada langgam Jawa Tengah dan langgam Jawa Timur. Perbedaan terpentingnya yaitu:


Langgam Jawa Tengah

 

Langgam Jawa Timur

Bentuk bangunan tambun

 

Bentuk bangunan ramping

Atap berundak-undak

 

Atap perpaduan tingkat

Puncak berbentuk stupa/ratna

 

Puncak berbentuk kultus

Kala makara menghiasi gawang pintu dan relung

 

Tidak ada makara, dan pintu serta relung hanya ambang atas yang diberi kepala kala

Reliefnya agak tinggi dan lukisannya naturalis

 

Reliefnya timbul sedikit dan lukisannya simbolis seperti wayang kulit

Letak candi ada ditengah halaman

 

Letak candi dibelakang halaman

Kebanyakan menghadap ke timur

 

Kebanyakan menghadap ke barat

Kebanyakan terbuat dari batu andesit

 

Kebanyakan terbuat dari bata

Berasal sebelum tahun 1000 M

 

Berasal dari abad 11

Candi-candi terpenting Jawa Tengah utara yaitu candi Gunung Wukir, candi Badut, kelompok candi Dieng dan kelompok candi Gedong Songo.

Candi-candi terpenting Jawa Tengah selatan yaitu candi Kalasan, candi Boreobudur, candi Mendut, kelompok candi Sewu, kelompok candi Plaosan dan kelompok candi Prambanan.

Candi-candi terpenting Jawa Timur yaotu candi Kidal, candi Jago, candi Singosari, candi Jawi, kelompok candi Penataran, candi Jabang.

Selain candi-candi diatas, bangunan lain dalam mulut rakyat yang dianggap candi yaitu Petirtaan atau tempat pemandian, candi Padas dan gapura. Petirtaan seperti Jolotundo di dekat Mojokerto dan candi Tikus.

Candi Padas yaitu yang ada di Gunung Kawi. Sedangkan gapura ada dua bentuk. Bentuk yang serupa candi dimana pintu keluar masuk hanya di tubuh candi dan atapnya menyatu, seperti Candi Jedong dan Candi Bajang Ratu dan bentuk kedua seperti candi yang dibelah dua sebagai pintunya dan atapnya terbelah disebut candi Bentar yang muncul dari jaman Majapahit seperti candi Wringin Lawang.

 

3). Patung Dewa

Didalam candi umumnya terdapat patung untuk raja yang telah kembali ke dewa penitisnya. Biasanya sebuah candi memuat patung dewa lainnya. Patung-patung itu menggambarkan Dewa atau Dewi yang memiliki lancana atau ciri tersendiri yang berbeda satu dengan yang lain.

Patung Dewa Siwa memiliki beberapa laksana. Beberapa perwujudannya memiliki bentuk yang menakutkan. Kendaraan Siwa adalah lembu Nandi. Sementara istri Siwa yaitu Durga atau Kali atau Bhairawi tergantung Siwa sebagai apa. Dua bentuk terakhir istri Siwa memiliki bentuk yang menakutkan. Durga terkadang diberi kendaraan sendiri yaitu singa.

Anak Siwa yaitu Ganesa yang digambarkan berkepala gajah dan Kaartikeya yang digambarkan kanak-kanak yang naik merak. Wisnu laksananya bertangan empat dengan posisi memegang. Kendaraannya Garuda. Istri Wisnu yaitu Sri atau Laksmi. Brahma berkepala dan bertangan empat. Kendaraannya Hangsa. Istri Brahma yaitu Saraswati. Selain Trimurti, dewa Kurewa juga banyak dipuja. Istrinya bernama Haritri. Kurewa dan Haritri juga dipuja dalam agama Budha.

Dalam agama Budha ada Dhyani-budha, Manusi-budha dan Dhyani-Bodhisattwa. Dhyani-budha dan Manusi-budha patungnya sama dan dibedakan dalam hubungannya denga lain-lain petunjuk. Arca Budha selalu digambarkan sederhana hanya memakai jubah, berambut keriting dengan diatasnya ada Usnisa dan dikening ada Urna. Para Bodhisattwa selalu digambarkan seperti raja.

Dalam seni, patung seperti pada candi ada perbedaan nyata seperti antara langgam Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Arca di Jawa Tengah sangat indah karena Dewa selalu digambarkan dengan segala-galanya sesuai yang dicita-citakan orang. Sedang di Jawa Timur sedikit kaku karena menggambarkan raja atau pembesar yang telah wafat dimana sifat kedewaanya hanya dinyatakan dengan laksana dan Prabha.

Dari segi keagamaan keindahan tidak bisa dipakai untuk mengukur perbedaan. Namun arca di Jawa Tengah Utara lebih bersifat merakyat sedangkan di Selatan lebih bersifat mewah dan kaya selain itu arca juga menjadi petunjuk untuk menempatkannya pada masa tertentu.

Selain arca dewa juga ada arca wahana yang menjadi kendaraan dewa. Wahana itu selalu berkepala binatang berbadan manusia. Ada arca bulat berdiri sendiri dan arca yang menyatu dengan wahananya. Arca lain dipahat pada relief dan biasanya dewa dari golongan rendah terkadang tidak dikenal.

 

4). Seni Ukir

Hasil seni ukir bisa dilihat di hiasan pengisi dinding candi. Yang menjadi pola hiasan adalah makhluk-makhluk ajaib dan tumbuh-tumbuhan sesuai suasana gunung Mahameru. Selain hiasan juga menjadi melukiskan suatu cerita seperti Ramayana dan riwayat Sang Budha.

 

5). Barang-Barang Logam

Arca-arca dari logam terutama dari perunggu, emas, perak atau perunggu berlapis emas. Umumnya arca itu kecil karena berhubungan dengan pemujuaan di rumah. Karena mudah dibawa maka sulit ditentukan darimana asal arca itu. Terdapat pula arca yang besar namun ketika arca itu tak lagi dipuja, arca itu dirusak untuk dilebur menjadi barang keperluan lain. Cara membuat arca dengan cire perdue. Benda lain yang dari logam memiliki banyak sekali jumlah dan macamnya.

 

6). Kesusastraan

Kesusasteraan kuno yang sampai kepada kita menunjukkan tingginya seni sastra kala itu. Prasasti tidak termasuk susastera meski memiliki bentuk yang sama. Naskah kuno terutama dari Jawa banyak didapat di Bali karena waktu Islam datang naskah itu terlupakan dan akhirnya Bali yang Hindu yang merawatnya meski naskah kuno itu tak lagi berhuruf Jawa kuno tapi huruf  Bali.

Dari perkembangannya kesusasteraan dibagi dalam beberapa masa yaitu masa Mataram, masa Kadiri, masa Majapahit I (berbahasa Jawa kuno), masa Majpahit II (berbahasa Jawa Tengahan termasuk kesusasteraan di Bali). Dari gubahannya hasil kesusasteraan ditulis sebagai ganjaran (prosa) dan tembang (poesi). Sebagian besar berupa tembang. Tembang Jawa Kuno disebut Kakawin yang berirama India. Sedangkan tembang Jawa Tengahan yaitu Kidung yang berkembang menjadi tengahan dan macapat.

Dari segi isi kesusasteraan terdiri dari tutur, wiracarita, castra, kitab-kitab cerita lain tentang keagamaan dan kesusilaan dan kitab yang dimaksud sebagai uraian sejarah. Khusus wiracarita, sumber dan bahan yang sudah membumi adalah Ramyana dan Mahabharata. Kedua kitab ini (yang disadur dalam bahasa Jawa kuno) bersama kitab Sang Hyang Kamahayanikan disusun pada masa Sindok yang berisi uraian agama Budha Mahayana yang sudah bersifat Tantrayana. Ketiga kitab itu termasuk dalam masa Mataram.

Seni sastra Jawa kuno berkembang pada masa Kadiri dan yang terpenting ialah Arjunawiwaha karangan mpu Kanwa, Kresnayana karangan mpu triguna, Sumanasantaka karangan mpu Monaguna, Smaradhana karangan mpu Dharmaja, Bharatayudha karangan mpu sedah dan mpu Panuluh, Haringwangsa karangan mpu Panuluh, Gatotkocosraya karangan mpu Panuluh, Wrttasancaya karangan mpu Tanakung dan Lubdhaka karangan mpu Tanakaung (masa Ken Arok).

Hasil kesusasteraan masa Majapahit I yang terpenting yaitu Negarakertagama karangan mpu Prapanca, Sutasoma karangan mpu Tantular, Arjunawiwaha karangan mpu Tantular, Kunjarakunja dan Parthayajna.

Hasil kesusasteraan masa Majapahit II yang terpenting Tantu Panggelaran, Calon Arang, Korawacrama, Bubhuksah dan Pararaton. Dimaksudkan sebagai kitab sejarah yaitu Sundayana, Panji Wijayakrama, Rangga Lawe, Sorandaka, Pamacangah, Usana Jawa dan Usana Bali. Sedangkan kitab carangan-carangan sebagai cerita binatang yang selalu mengandung makna yaitu Tantri Kamndaka gubahan dari Pancatantra.

 

7). Hal-Hal Lain

Seni lukis tidak meninggalkan jejak namun di relief Borobudur ada gambar pigura potret seseorang. Dalam Negarakertagama bukti adanya seni lukis yaitu Hayam Wuruk menyuruh orang melukis putri Sunda yang akan dipinangnya.

Seni tari banyak banyak djumpai keberadaanya dalam banyak relief. Hyam Wuruk waktu muda dalam Negarakertagama adalah penari sandiwara topeng. Tentang gamelan menarik perhatian, gendang seri g menjadi satu-satunya alat musik. Hal ini terbukti dari relief candi Loro Jonggrang dimana sejumlah penari memukul gendang yang mirip dengan reog Sunda sekarang. Jenis tari ada dua yaitu hakus dan kasar.

Wayang telah digemari sejak masa Airlangga. Hal ini terdapat dalam Negarakertagama. Beberapa prasasti meyebutkan adanya dalang (masa kini). Dari berita Ma Huan saat ia di Majapahit ada wayang Beber dimana penonton mengikuti cerita dalang dengan cermat. Hal itulah yang sekilas bisa diambil dari relief atau keterangan tertulis lainnya mengenai gambaran kebudayaan di masa lalu. Gambaran itu memang tak meninggalkan jejak namun dapat dirasakan keberadaanya.

 

Kebudayaan Indonesia Menjelang Jaman Madya

Sejarah kebudayaan purba Indonesia sangat erat dan terjalin dengan jalannya sejarah Indonesia masa kuno. Pengaruh India sangat kental dalam sejarah kebudayaan Indomesia bahkan menentukan perkembangan dan ciri kebudayaan Indonesia jaman kuno. Hal itu bisa terjadi karena yang datang dan diterima sebagai bawaan pengaruh, dalam dasarnya memiliki banyak persamaan sifat sehingga anasir baru itu mudah diserap sebagai pelengkap dan penyempurna.

Dalam meresapi anasir dari India itu orang Indonesialah yang aktif dalam menentukan mana yang segera diterima, mana yang perlu penyesuaian terlebih dahulu dan pada akhirnya diwujudkan kembali sebagai hasil usaha Indonesia.

Pengaruh kehinduan di Indonesia berlangsung sekitar 15 abad lamanya. Abad-abad pertama pengaruh India hanyalah ulasan saja. Kebudayaan Indonesia sudah memiliki kepribadian sendiri dalam perubahan kebudayaan itu. Prasasti-prasasti Mulawarman dari Kutai menunjukkan proses penghinduan yaitu berhuruf Pallawa, berbahasa Sansekerta, keturunan Kundungga (nama Indonesia) bernama Mulawarman (nama Sansekerta) dan beberapa ciri lain yang bersifat Hindu.

Demikian juga dengan prasasti dari Purnawarman, Sanjaya dan Gajayana. Sedangkan prasasti Sriwijaya sejak abad 7 memakai bahasa Melayu. Isi prasasti, terutama berupa sumpah dan kutukan adalah ciri Indonesia. Huruf Pallawa diidonesiakan menjadi huruf Kawi sejak prasasti Dinoyo dan bahasa Sansekerta menjadi bahasa Kawi sejak abad 8 dan dipakai dalam prasasti-prasasti kemudian.

Pemerintahan dan kemasyarakatannya sifat Indonesia masih bertahan. Raja di Indonesia tidak bersifat mutlak seperti di India. Kerajaan terdiri dari daerah swatantra yang terbagi lagi dalam beberapa bagin yang dipimpin para tetua dan terkemuka desa. Dalam bertindak keluar raja adalah wakil rakyat yang berwenang penuh dan kedalam sebagai wakil nenek moyang.

Seni bangunan tidak terpisah dari soal keagamaan dan alam pikiran. Candi di Indonesia berbeda dengan candi di India dimana candi di India berfungsi sebagai kuil pemujaan dewa sedangkan di Indonesia sebagai tempat bertemunya rakyat dengan nenek moyang. Candi dengan patung induk yang menjadi perwujudan raja yang telah mangkat mengingatkan pada punden berundak dengan menhirnya. Lalu makna memuliakan arwah-arwah raja tidak berbeda makna punden berundak. Punden berundak adalah sifat Indonesia.

Dalam hal seni hias tampak nyata anasir India namun secara keseluruhan bukan hiasan India. Bukan pula pola hiasan dari India namun dari India. Dalam Kesusasteraan dan cerita yang ada, terlihat pengolahan Indonesia. Cerita Ramayana dan Mahabharata dirasakan sangat Indonesia. Bahkan terdapat tokoh yang hannya ada di Indonesia saja yaitu tokoh Punakawan dalam Gatotkacasraya.

Demikian sekilas kebudayaan Indonesia masa kuno. Masa tersebut corak dan sifatnya ditentukan oleh pengaruh dari India namun kebudayaannya tidak kehilangan kepribadiannya.

Selama perkembangan kebudayaan Indonesia ditengah pengaruh Hindu dan Budha, kebudayaan Indonesia mengalami perubahan namun mengarah pada kebudayaan Indonesia yang baru. Jadi pada akhirnya adalah kebudayaan Indonesia dalam keadaan yang berubah dengan kepribadiannya sendiri. Kebudayaan ini akan berhadapan dengan pengaruh-pengaruh dari Islam.

 

Sapta Tirta : Berbagai Kekuatan Kegunaan & Keunikan

  Sejarah Perjuangan Leluhur Bangsa Obyèk wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa Pablengan Kecamatan Matésih ...